3. Jangan Asal Mengorbankan
Dalam permainan, pengorbanan pion atau perwira harus penuh perhitungan. Sama seperti dalam hidup: kita bisa berkorban, tapi harus tahu untuk apa dan kapan.
Misalnya: Mengorbankan waktu istirahat untuk belajar bisa bernilai, asalkan tidak mengorbankan kesehatan jangka panjang.
4. Kesabaran dan Timing
Tidak semua serangan harus dilakukan cepat. Dalam catur, pemain sabar menunggu momen tepat. Hidup pun sama: keputusan besar perlu waktu dan ketenangan.
Terburu-buru pindah pekerjaan, kuliah, atau relasi bisa berakhir seperti blunder di catur.
5. Tidak Ada Jalan Mundur, Tapi Selalu Ada Perbaikan
Bidak yang sudah melangkah tak bisa mundur — begitu juga waktu. Tapi kita bisa memperbaiki posisi, membangun ulang rencana, dan bangkit dari kesalahan.
Catur mengajarkan resilien: satu kesalahan tidak harus berarti kekalahan total.
Catur bukan sekadar olahraga otak. Ia adalah miniatur kehidupan — penuh keputusan, resiko, strategi, dan kadang... kejutan.
Maka, tak heran jika banyak tokoh hebat di luar dunia catur merekomendasikan permainan ini sebagai cara melatih berpikir hidup yang lebih dalam dan terstruktur.
BACA JUGA:10 Mahasiswa UBL Dipastikan Lolos POMNAS 2025, Catur Mendominasi