Ki Hajar Dewantara juga percaya bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan pikiran, tetapi juga membentuk karakter. Ia mengintegrasikan budaya lokal dalam proses belajar-mengajar, sehingga siswa tidak hanya mengenal ilmu pengetahuan, tetapi juga bangga terhadap identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
Selama masa penjajahan, pemerintah kolonial sering kali menekan upaya Taman Siswa. Namun, Ki Hajar Dewantara terus berjuang hingga akhirnya Taman Siswa menjadi salah satu pilar kebangkitan pendidikan di Indonesia.
Pengakuan dan Peninggalan
Pada tahun 1959, pemerintah Indonesia menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Nasional. Filosofinya terus diimplementasikan dalam sistem pendidikan Indonesia, terutama semboyan "Tut Wuri Handayani" yang digunakan sebagai motto Kementerian Pendidikan.
Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959, namun warisannya tetap hidup hingga hari ini. Ia menginspirasi bangsa untuk menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan dan pembangunan karakter.
Melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara tidak hanya menciptakan sistem pendidikan, tetapi juga membangun pondasi untuk masa depan bangsa Indonesia yang berdaulat, berkarakter, dan berbudaya.