Mitos Atau Fakta?, Api Biru Kawah Ijen dan Danau Asam Terbesar Sebuah Spektrum Geologi Langka
Ilustrasi--ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM – Kawah Ijen, yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, adalah destinasi yang menawarkan kompleksitas geologi yang sulit ditemui di tempat lain di dunia. Banyak wisatawan yang terkejut saat menyaksikan fenomena langka berupa api berwarna biru elektrik.
Dahulu, api ini seringkali dipercaya sebagai penampakan spiritual atau fenomena yang hanya muncul pada waktu-waktu tertentu yang penuh misteri. Namun, saat ini kita mengetahui bahwa keunikan Ijen adalah hasil dari Proses Kimiawi yang Ekstrem dan Dinamika Vulkanik yang Aktif.
MITOS Api Biru (Blue Fire) Ijen adalah lava atau magma yang memancarkan cahaya biru. FAKTA Api biru adalah hasil dari pembakaran gas belerang yang bersentuhan dengan udara, dan Kawah Ijen adalah salah satu dari hanya dua lokasi di dunia di mana fenomena ini terjadi secara masif.
Ini bukan sekadar mendaki gunung biasa. Mari kita analisis apa yang sebenarnya terjadi di balik layar Sisi Cewek Fenomena Blue Fire (Reaksi Kimia Belerang). Api biru dihasilkan ketika gas belerang dengan tekanan tinggi keluar dari retakan batuan kawah pada suhu di atas 360∘ C dan segera terbakar saat bertemu oksigen.
Dampaknya adalah penciptaan nyala api biru yang spektakuler, namun pelepasan gas sulfur dioksida yang menyengat dan berbahaya bagi sistem pernapasan manusia. Kebutuhan mendasar untuk menyaksikan fenomena ini adalah waktu kunjungan yang sangat dini hari (antara pukul 02.00 hingga 04.00 WIB) sebelum matahari terbit, serta penggunaan masker gas yang memadai.
BACA JUGA:Rekomendasi Lima Wisata Hits di Lampung, Destinasi Favorit Pecinta Alam dan Bawah Laut
Di sisi lain, Sisi Cowok Krisis Kemanusiaan Lokal (Perjuangan Penambang Belerang) menunjukkan tantangan yang bersifat sosial-ekonomi. Kawah Ijen merupakan situs penambangan belerang tradisional di mana para penambang lokal memikul bongkahan belerang seberat 70 hingga 90 kg melewati jalur kawah yang curam dan berbahaya. Dampaknya adalah tingkat risiko kesehatan yang tinggi bagi para pekerja akibat paparan gas beracun secara terus-menerus dan kesulitan ekonomi dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas. Kebutuhan utama di sisi ini adalah apresiasi yang layak, dukungan perlindungan kesehatan, dan program diversifikasi mata pencaharian yang aman.
Lantas, mengapa sering terjadi kesalahpahaman antara wisatawan dan realitas Ijen? Wisatawan seringkali hanya fokus pada pengalaman visual blue fire (Sensitif), mengabaikan risiko gas dan kesulitan medan. Sementara itu, aktivitas penambangan belerang yang berjalan sepanjang hari (Terkontrol) sering dianggap sebagai sekadar atraksi wisata, bukan profesi berisiko tinggi. Hasilnya: Terjadi pelanggaran batas aman oleh turis dan terganggunya jalur kerja penambang. Intinya, kedua pihak harus mengakui dan menghormati Keseimbangan antara Keindahan Alam dan Realitas Hidup Lokal.
BACA JUGA:Banda Neira, Surga Tersembunyi di Timur Indonesia dengan Keindahan Alam dan Sejarah yang Memikat
Mulai sekarang, mari kita ubah pelabelan Ijen dari "tempat foto menakjubkan" menjadi "laboratorium geologi dan monumen perjuangan manusia". Dengan kesadaran penuh, kunjungan ke Ijen akan menjadi pengalaman yang mendalam dan mengubah perspektif.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
