Netanyahu Batalkan Kehadiran di KTT Gaza di Mesir, Ini Alasan dan Dampaknya
Netanyahu Batalkan Kehadiran di KTT Gaza di Mesir, Ini Alasan dan Dampaknya--ISTIMEWA
RADARTVNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memutuskan untuk tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gaza yang dijadwalkan berlangsung di Mesir pekan ini. Keputusan tersebut datang meski Netanyahu sebelumnya menerima undangan langsung dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menjadi inisiator utama forum perdamaian tersebut.
Dalam pernyataan resmi dari kantornya, Netanyahu menyebut pembatalan itu dilakukan karena waktu pelaksanaan KTT bertepatan dengan hari raya Yahudi, Simhat Torah, yang merupakan perayaan penting bagi umat Yahudi. Hari raya ini dimulai pada Senin malam dan berlangsung hingga Selasa malam waktu setempat, sehingga Netanyahu menilai kehadirannya dalam pertemuan internasional pada periode tersebut tidak memungkinkan.
“Perdana Menteri menghormati pentingnya KTT tersebut, namun tidak dapat meninggalkan Israel saat berlangsungnya hari raya nasional Yahudi,” demikian pernyataan resmi yang dikutip dari media Israel.
KTT Gaza di Mesir dijadwalkan akan dihadiri oleh lebih dari 20 pemimpin dunia, termasuk Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, serta sejumlah perwakilan dari PBB dan Uni Eropa. Pertemuan ini menjadi bagian dari rencana perdamaian 20 poin yang digagas oleh Presiden Trump, yang menargetkan terciptanya gencatan senjata jangka panjang dan rekonstruksi wilayah Gaza setelah dua tahun konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok Hamas.
BACA JUGA:AS Kirim 200 Tentara Pantau Gencatan Senjata, Tegaskan Tak Masuk Wilayah Palestina
KTT ini juga diharapkan menjadi momentum baru untuk memperkuat komitmen diplomatik negara-negara di kawasan Timur Tengah dalam menciptakan stabilitas regional. Mesir sendiri, yang selama ini berperan sebagai mediator antara Israel dan Palestina, menilai absennya Netanyahu bisa menjadi tantangan diplomatik baru bagi kelancaran pembahasan dan hasil kesepakatan perdamaian.
Beberapa diplomat di Kairo menilai bahwa keputusan Netanyahu dapat mengurangi bobot politik dari KTT tersebut. Meski begitu, mereka berharap Israel tetap mengirimkan delegasi tingkat tinggi untuk mewakili posisi pemerintah dalam diskusi formal. “Absennya Netanyahu tidak berarti Israel menarik diri dari proses perdamaian, tetapi tentu memengaruhi simbolisme dan kekuatan negosiasi,” ujar salah satu pejabat Mesir yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dikabarkan tetap akan menghadiri konferensi tersebut. Ia disebut berencana menegaskan kembali komitmen Palestina terhadap perdamaian, namun juga menuntut jaminan keamanan dan pengawasan yang lebih kuat terhadap pelanggaran gencatan senjata di wilayah Gaza. Sejak awal 2023, konflik antara Israel dan Hamas kembali meningkat setelah serangkaian serangan lintas perbatasan yang menewaskan ratusan warga sipil di kedua pihak. Meskipun sejumlah gencatan senjata sementara telah dicapai dengan bantuan Mesir dan Qatar, kekerasan sporadis masih kerap terjadi.
Rencana KTT Gaza dipandang sebagai upaya diplomatik besar pertama setelah disepakatinya “Rencana 20 Poin Trump” yang mencakup strategi rekonstruksi infrastruktur Gaza, normalisasi hubungan ekonomi, serta pembentukan mekanisme pengawasan keamanan bersama. Pembatalan kehadiran Netanyahu dinilai memiliki implikasi politik dan diplomatik yang cukup besar. Di satu sisi, keputusan itu menunjukkan sensitivitas Israel terhadap tradisi keagamaan domestik. Namun di sisi lain, langkah tersebut berpotensi memunculkan kesan kurangnya komitmen langsung dari Israel terhadap upaya internasional membangun perdamaian di kawasan.
Beberapa analis menyebut bahwa absennya Netanyahu dapat dimanfaatkan oleh kelompok oposisi di Israel untuk mengkritik kebijakan luar negeri pemerintahnya. “Momen ini penting untuk menunjukkan peran aktif Israel dalam membangun stabilitas regional. Ketidakhadiran Netanyahu bisa ditafsirkan sebagai kehilangan kesempatan strategis,” ujar analis politik Timur Tengah, Dr. Avi Shalev.
Meski demikian, kantor Netanyahu memastikan bahwa Israel tetap mendukung seluruh inisiatif yang bertujuan mencapai perdamaian jangka panjang di Gaza dan akan mengirimkan delegasi diplomatik tingkat tinggi untuk mengikuti pembahasan teknis dalam KTT tersebut.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
