Oxford University Dapat Sorotan Usai Tak Cantumkan Nama Penemu Rafflesia Hasseltii dalam Publikasi Ilmiah
-Dok.Detik.Com-
RADARTVNEWS COM - Oxford University tengah menjadi sorotan setelah sebuah publikasi ilmiah terbaru yang membahas Rafflesia hasseltii tidak mencantumkan nama penemunya yang berasal dari Indonesia. Kontroversi ini mencuat di kalangan akademisi dan pecinta konservasi setelah publikasi tersebut hanya merujuk pada penelitian lanjutan dari berbagai institusi asing, tanpa memberikan kredit kepada ilmuwan Indonesia yang pertama kali mengidentifikasi spesies langka tersebut.
Rafflesia hasseltii, salah satu bunga raksasa khas Indonesia yang dikenal karena ukuran besar dan proses reproduksinya yang unik, pertama kali ditemukan dan dideskripsikan oleh peneliti lokal yang bekerja sama dengan tim konservasi di Sumatra. Temuan tersebut kemudian diakui secara internasional dan menjadi bagian penting dari kajian biodiversitas tropis. Karena itu, absennya nama penemu asli dalam publikasi yang dirilis Oxford University dianggap sebagai bentuk penghapusan kontribusi ilmuwan dari negara asal spesies tersebut.
Sejumlah akademisi Indonesia menyatakan kekecewaannya dan menilai bahwa tindakan tersebut menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap pengetahuan lokal yang telah lama menjadi basis penelitian biodiversitas global. Mereka menekankan bahwa pencantuman nama penemu bukan hanya soal etika akademik, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap upaya ilmuwan dalam negeri yang selama ini bekerja di lapangan dengan berbagai keterbatasan fasilitas dan pendanaan.
BACA JUGA:Usai 13 Tahun Pencarian, Bunga Langka Rafflesia Hasseltii Ditemukan di Hutan Batang Somi Sumbar
BACA JUGA:Rafflesia hasseltii, Bunga Langka Berbau Menyengat Ditemukan Mekar di OKU, Sumsel
Protes juga datang dari komunitas konservasi yang menilai bahwa penghilangan kredit seperti ini dapat berdampak buruk pada hubungan kerja sama internasional, terutama dalam penelitian flora endemik. Mereka menegaskan bahwa kolaborasi global hanya dapat berjalan baik jika semua pihak memberikan penghargaan yang setara kepada kontributor asli, terutama yang berasal dari negara pemilik keanekaragaman hayati.
Menanggapi kritik tersebut, Oxford University disebut sedang melakukan peninjauan internal terhadap publikasi yang dimaksud. Sumber internal menyatakan bahwa ada kemungkinan terjadinya kelalaian editorial dan universitas berjanji akan memberikan klarifikasi lebih lanjut. Namun hingga kini, belum ada pernyataan resmi yang dirilis secara terbuka oleh pihak universitas.
Kasus ini kembali membuka diskusi mengenai pentingnya etika akademik, terutama dalam penelitian yang melibatkan biodiversitas negara berkembang. Banyak pihak berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran bagi institusi pendidikan dan riset global untuk lebih menghargai kontribusi ilmuwan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, yang memiliki peran vital dalam pengungkapan kekayaan alam dunia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
