BANNER HEADER DISWAY HD

Film Riba Hadirkan Kritik Sosial Tajam soal Utang, Konsumerisme, dan Tekanan Hidup Modern

Film Riba Hadirkan Kritik Sosial Tajam soal Utang, Konsumerisme, dan Tekanan Hidup Modern

--istimewa

RADARTVNEWS.COM — Film terbaru bertajuk Riba resmi tayang di bioskop nasional pekan ini dan langsung menarik perhatian publik karena keberaniannya mengangkat isu sensitif mengenai praktik utang, tekanan ekonomi, dan budaya konsumtif yang semakin mengakar di masyarakat modern. Disutradarai oleh Aditya Kesuma, Riba menawarkan drama psikologis yang sarat pesan moral sekaligus kritik sosial yang relevan dengan realitas kehidupan banyak orang Indonesia saat ini.

Film ini mengikuti kisah tokoh utama bernama Nadia, seorang pegawai swasta yang terjerat utang setelah berusaha mempertahankan gaya hidup di tengah tuntutan sosial serta kebutuhan keluarga. Dalam tekanan dan kecemasan yang terus meningkat, Nadia masuk ke dalam lingkaran praktik riba yang semakin menjeratnya, hingga memengaruhi kesehatan mental, karier, dan hubungan personal. Konflik menjadi semakin intens ketika ia mencoba keluar dari jerat tersebut, namun justru mendapati bahwa sistem tempat ia bergantung semakin mengekang.

Sutradara Aditya Kesuma mengatakan bahwa Riba dibuat sebagai refleksi dari fenomena meningkatnya utang konsumtif di masyarakat, terutama pada generasi muda yang terpapar gaya hidup serba instan. Menurutnya, film ini tidak bermaksud menggurui, melainkan mengajak penonton merenungkan kembali keputusan-keputusan finansial dan dampaknya terhadap kehidupan jangka panjang. Ia menjelaskan bahwa proses riset untuk film ini berlangsung hampir dua tahun, melibatkan pengamat ekonomi, psikolog, hingga mantan korban jeratan utang ilegal.

Secara visual, Riba disajikan dengan tone gelap yang memperkuat suasana mencekam dari tekanan psikologis yang dialami karakter utama. Akting pemeran utama, Nadine Prameswari, menuai banyak pujian berkat penampilannya yang emosional dan realistis. Ia mampu menggambarkan naik-turun kondisi mental seseorang yang terjebak dalam situasi sulit dan tidak memiliki tempat berpijak. Beberapa adegan intens dalam film ini disebut sebagai salah satu kekuatan utama yang membuat penonton merasa dekat dengan realitas pahit yang disorot.

BACA JUGA:Eva Green Resmi Jadi Bibi Ophelia di “Wednesday” Musim 3 Misteri Addams Berlanjut

BACA JUGA:Produksi Film Pelangi di Mars Penuh Eksperimen, Upie Guava Ungkap Cara Kerja di Baliknya

Film ini juga menyoroti bagaimana perusahaan jasa keuangan ilegal memanipulasi masyarakat melalui iming-iming kemudahan dan kecepatan, tanpa transparansi terkait konsekuensi jangka panjang. Melalui jalan cerita yang perlahan mengungkap sisi gelap praktik tersebut, Riba disebut berhasil memadukan drama personal dengan kritik sistemik yang menggugah pemikiran.

Sejak penayangan perdana, Riba mendapat respons positif dari kritikus dan penonton yang menilai film ini berani mengangkat tema yang jarang disentuh sineas Indonesia. Banyak yang menilai bahwa film ini tidak hanya memiliki nilai seni, tetapi juga membawa fungsi edukatif yang penting dalam konteks meningkatnya kasus-kasus riba dan pinjaman ilegal di masyarakat.

Dengan narasi yang kuat, akting yang memikat, dan pesan sosial yang relevan, Riba berpotensi menjadi salah satu film Indonesia paling berpengaruh tahun ini, terutama bagi generasi muda yang ingin memahami lebih dalam bahaya praktik ekonomi yang dapat merusak kehidupan secara perlahan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: