Like, Share, Run : Media Sosial dan FOMO di Komunitas Pelari
Ilustrasi : Aktivitas Lari Pagi Warga Kota Metro -Foto : Bagus Darmawan-radartv.disway.id
Fenomena FOMO dalam komunitas lari tidak hanya berdampak pada aspek sosial, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap kesehatan mental dan fisik para pelari.
Dari segi kesehatan mental, FOMO dapat memicu stres dan kecemasan. Pelari mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak cukup konsisten ketika membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat di media sosial. Hal ini dapat mengikis rasa percaya diri dan mengurangi kesenangan dalam berlari. Beberapa pelari bahkan mungkin mengalami gejala depresi jika mereka merasa tidak dapat memenuhi standar yang mereka lihat online.
Secara fisik, FOMO dapat mendorong pelari untuk melampaui batas kemampuan mereka. Keinginan untuk selalu memposting aktivitas lari dapat mengarah pada overtraining, yang meningkatkan risiko cedera seperti shin splints, tendinitis, atau bahkan patah tulang stress. Selain itu, kebutuhan untuk selalu terlihat aktif di media sosial dapat mengganggu siklus istirahat dan pemulihan yang sangat penting bagi performa dan kesehatan jangka panjang pelari.
Aktivitas Pemanasan Komunitas Lari Sebelum Melakukan Kegiatan Lari Pagi-Foto : Bagus Darmawan-radartv.disway.id
Menyeimbangkan Media Sosial dan Autentisitas dalam Berlari
Meskipun FOMO menjadi tantangan nyata, hal ini tidak berarti bahwa pelari harus sepenuhnya menjauhkan diri dari media sosial. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan dan menggunakan platform digital secara bijak untuk mendukung, bukan menghambat, perjalanan lari mereka.
Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1. Mindful Posting : Sebelum memposting, pelari dapat bertanya pada diri sendiri apakah aktivitas tersebut benar-benar bermakna bagi mereka, atau hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial.
2. Digital Detox : Menetapkan waktu-waktu tertentu untuk bebas dari media sosial, terutama selama sesi lari, dapat membantu pelari untuk lebih fokus pada pengalaman fisik dan mental saat berlari.
3. Autentisitas : Berbagi tidak hanya tentang pencapaian, tetapi juga tentang tantangan dan kegagalan, dapat menciptakan narasi yang lebih realistis dan mendukung di komunitas lari.
4. Fokus pada Proses : Mengalihkan fokus dari hasil (seperti waktu atau jarak) ke proses dan perasaan saat berlari dapat membantu mengurangi tekanan untuk selalu tampil sempurna.
5. Komunitas Positif : Bergabung dengan komunitas lari yang mendukung dan positif, baik online maupun offline, dapat memberikan perspektif yang lebih seimbang.
Peran Teknologi dalam Mendukung Kesehatan Mental Pelari
Di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh media sosial, perkembangan teknologi juga menawarkan solusi potensial untuk mendukung kesehatan mental pelari. Aplikasi mindfulness dan meditasi khusus untuk atlet mulai bermunculan, membantu pelari untuk tetap terhubung dengan motivasi intrinsik mereka dan mengelola stres.
Beberapa platform lari juga mulai menyadari dampak potensial dari FOMO dan mengambil langkah-langkah untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Misalnya, beberapa aplikasi pelacak aktivitas kini menawarkan opsi untuk menyembunyikan metrik perbandingan atau memberikan peringatan jika pengguna terdeteksi melakukan overtraining.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: