King Faisal, Dijuluki Advokat Palestina yang Wafat Ditembak Keponakan
Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud--Net
Amerika Serikat kemudian mengadakan perundingan untuk pelepasan militer Israel. Dan, Maret 1974 embargo minyak pun dicabut.
Keberanian Faisal bin Abdulaziz Al Saud bukan saat itu saja. Saat ia masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, tahun 1947 di Sidang Umum PBB, dia menyampaikan secara terbuka dukungannya terhadap Palestina dan tidak mengakui Zionis Israel:
Namun kini, bangsa Arab mengharapkan penarikan agresi kelompok minoritas politik, yakni Zionis. Kelompok tersebut adalah sebuah kelompok yg tidak mewakili orang-orang Yahudi di dunia.
Kelompok tersebut adalah kelompok politis, bukan agamis. Sebuah kelompok yang cara dan metodenya tak berbeda sama sekali dari Nazi.
BACA JUGA:Mengenal Hamas dan Fatah, Dua Kelompok Besar Palestina
Tiga tahun setelah ia menggantikan Raja Saud bin Abdulaziz menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi, pada tahun 1967 Raja Faisal mengirimkan 20.000 orang pasukannya ke Palestina untuk membantu peejuangan kemerdekaan Palestina pada Perang Enam Hari.
Sikapnya yang tetap konsisten membela Palestina bahkan jauh sebelum menjadi Raja menjadikannya dijuluki sebagai Advokat Internasional untuk Hak Palestina.
Amerika dan negara negara pendukung zionis yang di embargo pun kalang kabut dengan keteguhan Raja Faisal. Berbagai cara hingga operasi intelijen pun digerakkan.
Tepat tanggal 25 Maret 1975 peristiwa tragis itu terjadi, Raja Faisal wafat dibunuh keponakannya sendiri: Pangeran Faisal bin Musaid bin Abdulaziz Al Saud yg baru saja kembali dari ‘studi’-nya di Amerika Serikat.
BACA JUGA:Abu Ubaidah, Jubir Hamas yang Digandrungi Para Ukhti Pembela Palestina
Ia ditembak di kepalanya pada sebuah acara di mana dia menyambut para keponakannya yg datang ke istana.
Wafatnya Sang Pembela Palestina ini pun banyak mengubah kebijakan luar negeri banyak negara-negara di jazirah Arab hingga sekarang.
Kini, sebelum pecah genosida 2023 di Gaza, sebagian negara Arab justru sudah menormalisasi hubungan dengan Zionis Israel.
Mereka adalah, Mesir yang sudah menjalin hubungan normal dengan Israel sejak 1980. Diikuti, Yordania (1994), Uni Emrat Arab atau UEA (2020).
BACA JUGA:MUI Keluarkan Fatwa Haram Produk Pendukung Israel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: