Hukum Tawuran Dalam Islam, Faktor Penyebab dan Cara Pencegahan

Ilustrasi tawuran pelajar-Fajar-
Selain ayat Al-Qur'an, larangan tawuran sudah disampaikan Rasulullah Shalallah alaihi wassalam Abu Hurairah ra. : bahwa Rasulullah pernah bersabda sebagai berikut: “Siapa yang berperang karena sebab yang tidak jelas, marah karena fanatik kelompok, atau motivasi ikut kelompok, atau dalam rangka membantu kelompoknya, kemudian dia terbunuh, maka dia mati jahiliyah,” (HR. Muslim 1848).
Berikut faktor penyebab tawuran:
1. Saling ejek dan curiga
Islam secara tegas melarang umatnya untuk saling mengejek, mengolok-olok, dan sebagainya, yang dapat menyebabkan perkelahian.
2. Adanya provokator dan penyebar fitnah
Tawuran dapat terjadi karena adanya provokator dan penyebar berita fitrah. Oleh sebab itu, Islam melarang umatnya memiliki sifat provokator dan pembawa berita bohong sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 sebagai berikut:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan[-mu] yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu," (QS. Al-Hujurat [49]; 60.
3. Menggunjing, prasangka buruk, dan mencari kesalahan orang lain
Tawuran dapat terjadi karena prilaku menggunjing, berprasangka buruk, dan mencari-cari kesalahan orang lain. Oleh sebab itu, Islam melarang umatnya memiliki ketiga sifat tersebut sebagaimana bunyi Surah Al-Hujurat ayat 12:
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang," (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
4. Amarah yang tidak terkontrol
Tawuran terjadi karena terdapat pihak-pihak yang tidak dapat mengontrol amarahnya. Dalam Islam, orang yang benar dan bertakwa dicirikan dengan sikap mampu menahan amarah, sebagaimana bunyi Surah Ali Imran ayat 134 sebagai berikut: "[yaitu] orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan [kesalahan] orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan," (QS. Ali-Imran [3]: 134).
Bagaimana Cara Menghindari Perkelahian Antar-Pelajar?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: