Skandal Tur 'Belanja Paksa': 23 Turis Singapura Dikurung Pemandu Wisata di Toko Suvenir Chengdu

Kamis 04-12-2025,05:24 WIB
Reporter : MG - Shifa Ramadhani
Editor : Jefri Ardi

RADARTVNEWS.COM – Sebanyak 23 turis asal Singapura mengaku mengalami pengalaman tur yang mengerikan di Chengdu, China, setelah pemandu wisata mereka diduga memaksa rombongan berbelanja dan bahkan sempat mengurung mereka di dalam sebuah toko suvenir karena menolak membeli barang.

Salah satu peserta tur, penyanyi Singapura Shawn Tok (pemenang Campus SuperStar 2007), menceritakan insiden tidak menyenangkan ini melalui unggahan di media sosial. 

Rombongan tur yang mengikuti perjalanan sembilan hari pada November lalu tersebut diklaim berulang kali dipaksa oleh pemandu wisata untuk membeli berbagai produk, mulai dari giok, perak, hingga obat herbal di toko-toko yang telah ditentukan.

Para turis melaporkan bahwa mereka tidak diizinkan keluar dari toko-toko tersebut hingga target penjualan yang diinginkan sang pemandu terpenuhi.

"Kami sudah belanja banyak, tapi dia terus bilang itu belum cukup," ungkap Shawn, sebagaimana dilansir dari Asia One.

Rombongan tersebut bahkan mengklaim telah menghabiskan total sekitar 105.000 yuan (sekitar Rp2,1 miliar) sepanjang perjalanan. Namun, pemandu wisata tetap melakukan tekanan, dengan dugaan mengancam akan membatalkan sisa perjalanan mereka atau membuat perjalanan menjadi tidak nyaman, termasuk melarang peserta tidur di dalam bus jika mereka menolak berbelanja lebih banyak.

BACA JUGA:Pemulihan Wisata Gemilang: 12,7 Juta Turis Asing Kunjungi Indonesia, Malaysia Sumbang Angka Terbesar

BACA JUGA:Thailand Perketat Aturan Visa untuk Cegah Penyalahgunaan oleh Turis Asing

Para turis mencurigai hal ini merupakan bentuk "scam belanja paksa" yang sering disamarkan dalam paket perjalanan berbiaya rendah. Setelah memeriksa kontrak perjalanan mereka, rombongan menemukan bahwa tidak ada ketentuan yang mewajibkan pembelian barang, yang berarti kunjungan belanja paksa tersebut melanggar aturan setempat.

Insiden ini segera dilaporkan kepada otoritas berwenang China, dengan menyertakan bukti berupa riwayat transaksi dan struk pembelian.

Setelah otoritas turun tangan, agensi perjalanan yang menyelenggarakan tur tersebut dilaporkan memberikan pengembalian dana penuh (refund) kepada seluruh 23 peserta. Kasus ini memicu diskusi hangat di media sosial dan kembali mengingatkan para wisatawan akan bahaya praktik zero-dollar tour dan forced shopping yang merusak citra pariwisata.

Pemerintah China sendiri telah meningkatkan pengawasan terhadap praktik tur ilegal semacam ini yang memanfaatkan paket perjalanan murah untuk memaksa wisatawan membeli barang demi mengejar komisi. Tindakan tegas terhadap pemandu wisata dan agensi yang terbukti bersalah terus dilakukan untuk memastikan hak dan kenyamanan wisatawan dihormati.

Kategori :