Indonesia Bersiap Jalankan Program B50, Target Tak Lagi Impor Solar pada 2026

Rabu 08-10-2025,21:48 WIB
Reporter : MG-Ratu Adzkia Nabila Bernatta
Editor : Jefri Ardi

RADARTVNEWS.COM - Indonesia terus memperkuat langkah menuju kemandirian energi dengan mempercepat pengembangan bahan bakar nabati. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, pemerintah menargetkan Indonesia tidak lagi mengimpor solar pada 2026 melalui penerapan mandatori biodiesel B50, yakni campuran 50 persen minyak sawit (CPO) dengan solar.

Menurut Bahlil, langkah ini merupakan kelanjutan dari program B40 yang telah mulai dijalankan sejak 1 Januari 2025. Program tersebut mencampurkan 40 persen minyak sawit mentah dengan produk solar yang diproduksi oleh Kilang Pertamina Internasional (KPI). Ia menyebut, dengan keberlanjutan menuju B50, kebutuhan solar dalam negeri nantinya dapat sepenuhnya dipenuhi dari produksi nasional.

“Di 2026, rencana pemerintah akan mendorong ke B50. Jadi dengan demikian kita tidak lagi impor solar di 2026,” tegas Bahlil di Jakarta, dikutip Rabu (8/10/2025). Ia menjelaskan, pengembangan biodiesel menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan memperkuat sektor energi hijau berbasis sumber daya domestik.

Selain program B50, pemerintah juga menyiapkan langkah lain dalam transisi energi bersih. Bahlil mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui pelaksanaan proyek mandatori etanol 10 persen atau E10, yang akan mencampurkan bensin dengan etanol. “Kemarin malam sudah kami rapat dengan Pak Presiden. Pak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatori 10 persen etanol. Dengan demikian kita akan campur bensin kita dengan etanol,” ujar Bahlil.

BACA JUGA:BBM Langka, Menteri Bahlil Desak SPBU Swasta Sinergi dengan Pertamina

Bahlil menambahkan, pengembangan program E10 memiliki dua tujuan utama: mengurangi ketergantungan impor bahan bakar dan mendorong penggunaan energi yang lebih bersih serta ramah lingkungan. “Tujuannya agar tidak kita import banyak dan juga untuk membuat minyak yang bersih, yang ramah lingkungan,” tuturnya.

Ia memaparkan, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi domestik hanya sekitar 600 ribu barel. Kondisi ini menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor sekitar 1 juta barel per hari untuk memenuhi kebutuhan nasional. “Sekarang potret kita, konsumsi kita BBM itu 1,6 juta barel per day. Dan lifting kita kurang lebih sekitar 600 juta barel (per hari). Jadi kita itu impor 1 juta barel per day,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menyebut, implementasi B50 masih membutuhkan waktu dan persiapan teknis yang matang. Uji coba (road test) B50 diperkirakan memakan waktu minimal delapan bulan sebelum diterapkan secara penuh. “Paling cepat delapan bulan ya,” kata Eniya.

Ia menambahkan, hingga kini uji coba B50 masih dalam tahap persiapan dan belum dapat dijalankan awal tahun depan. “Kalau itu sepertinya belum. Karena kan masih butuh persiapan ya. Nanti dipersiapkan dulu,” jelasnya. Pemerintah disebut membutuhkan setidaknya lima pabrik biodiesel baru dengan kapasitas masing-masing satu juta kiloliter untuk mendukung target B50.

BACA JUGA:Solar Langka di Lampung Hingga Akhir Tahun, Dinas ESDM Beberkan Penyebabnya

Dua dari lima pabrik tersebut ditargetkan sudah memasuki tahap commissioning pada tahun ini, berlokasi di Kalimantan dan Sumatera. “Kalau sekarang baru dua pabrik. Ini nanti commissioning-nya setahun ini udah dua pabrik, di Kalimantan sama Sumatera,” imbuh Eniya.

Langkah menuju B50 menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang Indonesia untuk mencapai kemandirian energi nasional. Dengan optimalisasi sumber daya sawit dan peningkatan kapasitas produksi biodiesel, pemerintah berharap Indonesia dapat benar-benar lepas dari ketergantungan impor solar serta memperkuat ketahanan energi berbasis sumber daya dalam negeri.

Kategori :