BANDAR LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM – Suasana aula di kampus IIB Darmajaya pada 28 September 2025 itu berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena puluhan mahasiswa dari berbagai kampus hadir dengan penuh semangat, tetapi karena satu suara yang menyatukan mereka: keresahan terhadap maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan akar masalahnya yang tak kunjung diselesaikan yakni rendahnya akses pendidikan dan kesadaran politik di tengah masyarakat.
Dalam balutan spanduk bertuliskan “Implikasi Rendahnya Pendidikan terhadap Kejahatan pada Perempuan dan Anak”, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lampung menggelar sebuah seminar nasional yang tak hanya menjadi ruang diskusi, tapi juga medan konsolidasi lintas generasi. Dari aktivis senior hingga pelajar SMA, dari birokrat hingga akademisi, semua berbagi keresahan dan gagasan.
Yang membedakan acara ini dari seminar biasa adalah keberaniannya menggugat akar persoalan. Dalam orasi politik yang menggugah, Dinda Boru Napita, Ketua Eksekutif Wilayah LMND Lampung, menyampaikan dengan tegas bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak bukanlah sekadar soal moral pribadi. “Kebodohan yang dipelihara negara dan elite politik hari ini telah menciptakan ruang yang subur bagi kekerasan,” seru Dinda dari podium, matanya menatap tajam ke arah para peserta. “Melawan kebodohan adalah melawan kekerasan. Melawan buta huruf adalah melawan patriarki. Melawan diskriminasi adalah melawan oligarki yang menghisap rakyat!”
Di tengah gemuruh tepuk tangan, sorotan juga diarahkan pada minimnya keterwakilan perempuan di kursi legislatif. Hanya 131 dari 580 anggota DPR RI periode 2024–2029 yang perempuan, angka yang kembali menegaskan betapa politik nasional masih tersandera patriarki. “Kita tidak boleh lagi memilih orang-orang busuk yang hidup dari penderitaan rakyat,” ujar Dinda lantang. “Kita butuh pemimpin yang berpihak, bukan pengecut yang diam dengan adanya ketertindasan!”
Seminar ini juga menghadirkan para narasumber dari berbagai lembaga kunci: perwakilan dari Kementerian Hukum dan HAM, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Lampung, aktivis perempuan nasional, Ketua KNPI Lampung, dan Direktur Eksekutif Perkumpulan DAMAR. Diskusi berjalan dinamis, bahkan seorang pelajar SMA tampil dengan pertanyaan tajam tentang bagaimana negara bisa disebut hadir jika kasus kekerasan di sekolah saja sering disembunyikan.
Di akhir acara, LMND Lampung kembali menegaskan komitmennya melalui enam Program Juang, yang kini menjadi semacam "peta jalan" perjuangan rakyat Lampung:
- Menghapus buta huruf sebagai syarat dasar rakyat berdaya.
- Melawan penguasaan lahan oleh oligarki perkebunan dan mengembalikan tanah ke tangan rakyat.
- Membangun ruang aman dari patriarki dan oligopoli, serta mengembangkan industri pertanian berbasis rakyat.
- Memastikan akses kesehatan yang merata, agar layanan medis tak lagi menjadi komoditas.
- Mendorong ekonomi alternatif berbasis koperasi dan produksi rakyat, bukan kapital besar.
- Memperkuat gerakan rakyat melalui pendidikan politik progresif, membebaskan, dan menyadarkan.
Bagi Dinda dan rekan-rekannya, seminar ini bukan sekadar diskusi ilmiah. Ia adalah panggilan moral. Ia adalah konsolidasi ide dan tekad. Ia adalah pengingat bahwa perjuangan perempuan dan anak tidak akan pernah selesai selama akar ketidakadilan, termasuk kebodohan struktural yang masih dibiarkan tumbuh.
Di tengah langit mendung yang menggantung di atas kampus, satu hal tampak jelas: perlawanan telah dimulai, dan ia digerakkan oleh mereka yang berani bermimpi tentang dunia yang lebih adil.