Mahatma Gandhi: Filosofi Non-Kekerasan dan Pengaruhnya dalam Perjuangan Kemerdekaan

Selasa 19-11-2024,19:49 WIB
Reporter : MG-15 Bagus Darmawan
Editor : Jefri Ardi

LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Mahatma Gandhi, yang juga dikenal sebagai "Bapak Bangsa" India, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Lahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India, Gandhi tumbuh menjadi simbol perlawanan damai dan pembaruan sosial melalui filosofi "non-kekerasan" atau "ahimsa" . Filosofi ini tidak hanya membentuk perjuangannya melawan kolonialisme Inggris, tetapi juga menginspirasi gerakan pembebasan di seluruh dunia.  

Filosofi Non-Kekerasan  

Gandhi mengembangkan konsep "ahimsa" ini berdasarkan dari ajaran Hindu, Buddha, dan Jainisme, yang menekankan penghormatan terhadap kehidupan dan penolakan terhadap kekerasan dalam bentuk apa pun. Baginya, kekerasan bukanlah solusi untuk menyelesaikan konflik, melainkan hanya akan menciptakan kebencian dan penderitaan yang jauh lebih besar. Selain itu, Gandhi juga memperkenalkan prinsip "satyagraha" , yang berarti "keteguhan pada kebenaran." Melalui satyagraha, Gandhi mendorong perlawanan damai terhadap ketidakadilan, yang melibatkan keberanian moral untuk menghadapi lawan tanpa rasa benci atau balas dendam. 

BACA JUGA:Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia dan Filosofi Taman Siswa 

Filosofi ini bukan hanya sekadar teori, melainkan menjadi dasar dari semua kampanye yang dipimpin Gandhi. Ia percaya bahwa kekuatan moral dan spiritual memiliki kekuatan lebih besar daripada kekerasan fisik. Filosofi ini terbukti efektif dalam menciptakan tekanan moral pada pemerintah kolonial Inggris.  

Perjuangan Kemerdekaan India  

Gandhi memulai perjuangannya melawan ketidakadilan sosial di Afrika Selatan, di mana ia membela hak-hak buruh migran India. Setelah kembali ke India pada tahun 1915, ia menjadi tokoh utama dalam gerakan kemerdekaan India. Kampanye Gandhi meliputi boikot terhadap barang-barang Inggris, pemogokan massal, dan protes damai seperti "Salt March" pada tahun 1930, di mana ribuan rakyat India mengikuti Gandhi berjalan sejauh 240 mil untuk memprotes pajak garam yang diberlakukan Inggris.  

Gerakan ini, meskipun sering menghadapi represi brutal dari pihak Inggris, menunjukkan kekuatan solidaritas rakyat India dan kemampuan perlawanan damai untuk menggoyahkan kekuasaan kolonial. Pendekatan Gandhi yang tanpa kekerasan tidak hanya mempermalukan Inggris di mata dunia tetapi juga memobilisasi jutaan orang India dari berbagai latar belakang sosial untuk bersatu dalam perjuangan nasional.  

Pengaruh Global  

Filosofi Gandhi ini telah melampaui batas geografis India. Tokoh-tokoh besar seperti Martin Luther King Jr. dalam gerakan hak sipil di Amerika Serikat dan Nelson Mandela dalam perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan mengadopsi pendekatan Gandhi. Mereka melihat bahwa perjuangan tanpa kekerasan adalah cara paling manusiawi dan efektif untuk menghadapi ketidakadilan sistemik.  

Meski Gandhi menghadapi kritik karena beberapa kebijakan dan strateginya, warisannya tetap abadi. Ia membuktikan bahwa kekuatan moral bisa menjadi senjata ampuh melawan penindasan. Hingga kini, dunia mengenang Gandhi sebagai simbol perdamaian, toleransi, dan keberanian moral.  

BACA JUGA:Sejarah Muhammadiyah: Dari Awal Berdiri hingga Peran di Indonesia Modern

Kategori :