Terdampak Debu Pembangunan Perumahan, Membuat Geram Warga

Rabu 28-08-2024,09:30 WIB
Reporter : Arif / MG Rini 04 Oktaviony
Editor : Hendarto Setiawan

RADARTV - Warga di perumahan Griya Langgar Asri geram, lantaran setiap hari harus terdampak debu pembangunan perumahan baru. Lokasi lahan yang akan dijadikan perumahan baru itu tepat bersebelahan dengan Perum Griya Langgar Asri. Tepatnya di Jl Langgar 1, RT 001, Desa Sabah Balau, Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Dari data yang didapat, pengembang atas nama PT Terbang Bersama Kawan. Sementara perumahan belum ada nama.

Salah seorang warga mengatakan bahwa pekerjaan penimbunan tanah pembangunan itu sudah dilaksanakan sejak 12 Agustus 2024. Setiap harinya, debu dari penimbunan itu beterbangan “menyiram” rumah-rumah warga. Hampir seluruh rumah di Perum Griya Langgar Asri yang berjumlah sekitar 23 rumah terdampak debu tersebut. 

BACA JUGA:Surya Paloh Tandatangani Dukungan NasDem untuk Saleh Asnawi-Agus Suranto sebagai Bacalon Bupati Tanggamus

“Setiap hari mas, sampe emosi sendiri nyapuin debu di lantai itu,” kata warga yang enggan disebut identitasnya itu.

Padahal menurutnya, belum ada satupun warga yang dimintai izin lingkungan terkait pembangunan tersebut. Sehingganya mereka melayangkan surat ke desa setempat untuk dilakukan peninjauan kembali. Sayangnya, hingga hari ini surat itu tak diindahkan. 

“Kita menduga aparat desa ada main dengan pengembang, karena sampai sekarang kades itu gak pernah turun untuk cek lokasi sebagaimana yang kita minta,” jelasnya.

Dilanjutkannya, pada tanggal 13 Agustus 2024, warga sempat bertemu dengan pengembang untuk dilakukan diskusi lebih lanjut. Saat itu katanya, mereka bukan ditemui langsung oleh pengembang, melainkan perwakilan.

BACA JUGA:Pemprov Tetapkan Tujuh Perioritas Pembangunan Pada APBD 2025

“Nah, tanggal 15 itu kadus sama RT datang ke kami, mengakui kesalahan dan keteledoran karena tidak berdiskusi dengan warga yang langsung terdampak,” jelasnya.

Demi menghalau debu penimbunan tanah, kata warga ini, pihak pengembang sebenarnya sudah memasang jaring di perbatasan perumahan. Namun, jaring itu dinilai belum cukup lantaran tingginya masih belum dapat menghalau debu.

“Ya bayangin aja mas, debu itu terbangnya bisa melebihi tinggi rumah, (sementara) jaringnya hanya sebatas tembok. Itupun sebagian udah roboh,” ungkapnya.

Apa yang dilakukan oleh pengembang dinilai warga sudah sangat tidak manusiawi. Ia mengibaratkan bahwa warga dianggap sebagai benda mati yang tak bereaksi saat diterpa debu.

“Iya kan mas, di sini kan manusia semua. Ada orang tua, dewasa juga anak-anak mas. Mereka anggap apa kita ini,” jelasnya.

Warga lain mengungkapkan bahwa terakhir kali alat berat tersebut beroperasi pada Sabtu 24 Agustus 2024. Itupun setelah protes warga terhadap ketidak pedulian pengembang semakin keras dan lantang diutarakan.

“Hari ini aja nih (Senin) lata berat gak operasi,” katanya.

Kategori :