Dalam pesan audio yang diposting di media sosial Dokter tanpa Batas, Mohammed Obeid mengatakan bahwa dua bayi meninggal di unit neonatal al-Shifa setelah daya ke inkubator mereka habis dan seorang pria juga meninggal ketika ventilatornya mati.
Militer Israel berjanji pada hari Sabtu untuk membantu evakuasi bayi-bayi dari rumah sakit tersebut, mencatat bahwa "staf Rumah Sakit al-Shifa telah meminta itu besok".
Al-Shifa, salah satu dari 16 rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza, juga tidak dapat dijangkau bagi yang baru terluka, kata Mohammad Qandil, seorang dokter di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, yang berhubungan dengan rekan-rekannya di sana.
BACA JUGA:MUI Pusat Keluarkan 7 Tausiyah, MUI Lampung : Tindak Lanjut Pemboikotan Produk Pro Israel
"Al-Shifa Hospital sekarang tidak berfungsi, tidak ada yang diizinkan masuk, tidak ada yang diizinkan keluar, dan jika Anda terluka di sekitar wilayah Gaza, Anda tidak dapat dievakuasi oleh ambulans kami ke Rumah Sakit al-Shifa, jadi Rumah Sakit al-Shifa sekarang tidak berfungsi," katanya kepada agen berita Reuters.
Israel telah melakukan kampanye pemboman dan invasi darat yang menghancurkan di Jalur Gaza yang terkepung sejak 7 Oktober, menewaskan setidaknya 11.100 lebih warga Palestina. Dimana sepertiga korban dari mereka anak-anak, kata pejabat Gaza.
Badan pengungsi Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) mengatakan setidaknya 100 karyawannya tewas dalam perang ini.
Kampanye Israel juga menggusur sekitar 1,6 juta warga Palestina, lebih dari 70 persen dari total populasi enclave tersebut, dan merusak sebagian besar infrastrukturnya.
Orang Palestina yang dipaksa meninggalkan rumah mereka sekarang hidup dalam kondisi sulit, sering kali berteduh di perkemahan luar ruangan yang penuh sesak dan sangat membutuhkan makanan, air, dan obat-obatan.
Sementara para pekerja kemanusiaan mengatakan bantuan sedikit yang diizinkan masuk ke enclave ini hanya sebatas "setetes di dalam ember" dibandingkan dengan apa yang diperlukan. (*)