Banyak Sekolah di Lampung Belum Terakreditasi
BANDARLAMPUNG – Sekolah-sekolah baru, mulai tingkat SD, SMP, hingga SMA/SMK, terus bermunculan. Banyaknya sekolah baru ini harus mendapat perhatian pihak terkait. Di mana berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lampung, sedikitnya ada 2.592 sekolah yang hingga kini belum terakreditasi. Untuk SD baik negeri maupun swasta, ada 4.214 dari 5.374 sekolah yang belum terakreditasi, yang jika dipersentasekan mencapai 78,41 persen. Untuk SMP/MTs ada 933 dari 2.010 sekolah (49,40 persen). Sedangkan SMA/MA ada 455 dari 798 sekolah (57,45 persen). Serta SMK ada 380 dari 398 sekolah (95,48 persen) yang belum terakreditasi. Kepala Disdikbud Lampung, Hery Sulianto mengatakan, belum terakreditasinya sekolah tersebut bukan hanya karena persoalan lengkap atau tidaknya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Namun karena kuota visitasi yang dilakukan oleh badan akreditasi nasional yang sangat terbatas. ’’Visitasi untuk akreditasi itu sudah dibatasi oleh pusat. Jumlah sekolah yang belum terakreditasi masih ribuan, tapi rencana visitasi badan akreditasi nasional tahun 2016 hanya untuk 300 sekolah saja,” ujarnya. Padahal kata dia, akreditasi sekolah penting karena menjadi salah satu tolak ukur apakah suatu sekolah layak melaksanakan kegiatan belajar-mengajar (KBM) atau tidak. Meski demikian, Hery mengaku pijhaknya hanya bisa mendorong dan memfasilitasi lantaran itu merupakan kewenangan pusat. Untuk di Lampung sendiri lanjutnya, sekolah yang terakreditasi A masih sangat sedikit, dan sebagiannya terakreditasi B dan C. Disinggung mengenai komponen peningkatan akreditasi, Hery mengaku selain sarana dan prasarana sekolah, kualitas siswa dan guru juga perlu diperhitungkan. Sebab ini menjadi indikator maju tidaknya suatu sekolah. Banyaknya sekolah yang belum terakreditasi di Lampung mendapat sorotan dari sejumlah pihak. Akademisi Unila, Ni Nyoman Wetty Suliani mengajak sejumlah pihak terkait untuk berperan aktif meningkatkan status akreditasi sekolah. Sebab, akreditasi sekolah sebagai salah satu bentuk kepercayaan masyarakat terhadap kualitas lulusan. ’’Kalau sekolah itu punya banyak prestasi dan mampu melahirkan lulusan yang berkompeten, orang tua mana yang tidak mau nyekolahin anaknya di sana. Ini kan berpengaruh terhadap kualitas guru, bagaimana sistem manajemen pendidikan di sekolah itu,” papar Kepala Laboratorium Bahasa Unila itu kemarin (16/12). Untuk itu, Wetty –sapaan akrabnya menilai, perlu ada upaya konkret, baik dari sekolah maupun pemerintah agar status akreditasi sekolah tidak membuat masyarkat khawatir. Sebab, akreditasi sekolah juga mempengaruhi masyarakat. (nan/c1/nui)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: