Benarkah Kebijakan Trump Berimbas ke Rupiah?, Ini Nilai Tukar Rupiah per Dolar AS Hari ini

Benarkah Kebijakan Trump Berimbas ke Rupiah?, Ini Nilai Tukar Rupiah per Dolar AS Hari ini

--sumber foto : media x rayhan

RADARTVNEWS.COM - Setelah masa libur panjang Idulfitri 1446 H, pasar keuangan Indonesia dibuka dengan kabar kurang menggembirakan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan melanjutkan tren pelemahan dan bahkan berpotensi menembus level psikologis Rp17.050 per dolar AS dalam perdagangan Selasa, 8 April 2025.

Pelemahan ini bukan tanpa sebab; berbagai tekanan dari faktor eksternal, terutama kebijakan tarif impor yang kembali diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi pemicu utama.

Langkah proteksionis tersebut menyebabkan gejolak di pasar internasional. Investor global bereaksi cepat terhadap pengumuman Trump, memicu kekhawatiran akan meluasnya ketegangan perdagangan. Akibatnya, pasar mata uang global, termasuk rupiah, terkena dampaknya secara langsung. Di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) — yang mencerminkan ekspektasi nilai tukar di masa depan — rupiah sempat menembus Rp17.006 per dolar AS pada Jumat malam, 4 April 2025. Ini mencerminkan tekanan tinggi dari luar negeri bahkan saat pasar domestik masih libur.

Sebelum libur Lebaran dimulai, tepatnya pada 27 Maret 2025, rupiah ditutup di level Rp16.562 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Dalam kurun waktu kuartal pertama 2025 saja, rupiah telah mengalami depresiasi sebesar 2,25%, dengan titik terendah pada 25 Maret sebesar Rp16.612 per dolar AS. Situasi ini semakin diperburuk oleh ketidakhadiran aktivitas di pasar dalam negeri selama lebih dari seminggu, yang membuat tekanan eksternal tidak dapat langsung ditanggapi oleh pelaku pasar domestik.

Pada perdagangan luar negeri Senin, 7 April 2025, nilai tukar rupiah di pasar NDF tercatat kembali tertekan, melemah sebanyak 288 poin atau setara 1,73%, dan ditutup di posisi Rp16.940,5 per dolar AS. Ini menjadi sinyal bahwa tekanan masih belum mereda, bahkan ketika pasar Indonesia bersiap dibuka kembali setelah libur panjang.

Sebagai respons terhadap kondisi ini, Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Senin kemarin mengambil langkah cepat dengan mengumumkan intervensi di pasar NDF. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menenangkan kekhawatiran pasar yang dihadapkan pada situasi global yang penuh ketidakpastian.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia kembali diuji, terutama dalam menjaga kestabilan kurs di tengah dinamika global. Meskipun bukan satu-satunya negara yang mengalami tekanan, rupiah tetap rentan terhadap sentimen eksternal. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang solid antara otoritas moneter dan fiskal guna memperkuat fondasi ekonomi dan meningkatkan kepercayaan pasar di tengah gejolak global yang tak menentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: