PERAHU MATAHARI

PERAHU MATAHARI

PERAHU MATAHARI-jto-

Oleh: Joko Intarto

ANTONIUS, pendiri perusahaan green energy di Jakarta tiba-tiba menghubungi saya, pada 1 Januari 2024. Rupanya ia ingin membalas ucapan hari natal dan tahun baru yang saya kirimkan semalam.

‘’Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sibuk apa?’’ tanyanya.

‘’Sedang menulis buku wakaf,’’ jawab saya.

Saya kenal Pak Anton sekitar empat tahun tahun lalu. Saya sempat membantunya membuat konten video, ketika jumlah karyawannya belum genap 10 orang. Sekarang perusahaannya telah berkembang. ‘’Jumlah karyawan saat ini 125 orang. Mau nambah lagi jadi 165 orang,’’ katanya.

Bisnis green energy belakangan ini memang sedang bagus-bagusnya. Isu polusi udara dan mahalnya tarif listrik ternyata berimbas pada bisnis penyediaan sistem pembangkit listrik tenaga surya. Permintaan meningkat dengan cepat. Tak heran kalau jumlah karyawan Pak Anton terus bertambah.

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, Pak Anton menceritakan kegiatan divisi riset produk di perusahaannya. ‘’Anak-anak sedang merancang mesin perahu yang ditenagai baterai lithium untuk membantu para nelayan,’’ katanya.

Mengapa memilih baterai lithium? ‘’Baterai lithium sudah diproduksi di dalam negeri. Ketersediaan produk dan garansinya terjamin. Harganya juga lebih murah,’’ jawab Pak Anton.

Gagasan perahu bertenaga baterai itu sebenarnya sudah saya usulkan empat tahun lalu. Saya minta Pak Anton untuk membuat perangkat yang sudah diaplikasikan dengan baterai dan solar panel dalam satu paket seperti becak, gerobak warung dan pompa air bertenaga surya. Namun Pak Anton merasa waktunya belum tepat.

Rupanya sekaranglah momentumnya. Pak Anton akan memulainya dengan membangun motor bertenaga baterai untuk perahu nelayan. ‘’Para nelayan ini kita dahulukan. Terutama nelayan yang menggunakan perahu kecil. Mereka ini perlu dibantu karena pasokan solarnya tidak lancar. Akhirnya mereka sering tidak melaut karena tidak punya bahan bakar,’’ papar Pak Anton.

Saya belum menanyakan lebih lanjut spesifikasi teknis peralatannya karena riset belum selesai. Tapi saya sudah bisa membayangkan, para nelayan pasti gembira karena bisa melaut lagi tanpa bergantung pada pasokan solar.

Pada siang hari motor bekerja dengan daya listrik hasil konversi cahaya matahari. Pada malam hari motor bekerja dengan listrik hasil konversi yang disimpan di baterai Lithium.

Bukan baru sekali ini Pak Anton merancang peralatan untuk nelayan. Pada masa pandemi, perusahaannya telah menyelesaikan pembangunan mesin es batu bertenaga surya.

Mesin es batu berkapasitas produksi 1 ton per hari itu didedikasikan untuk nelayan di daerah Nusa Tenggara Timur yang belum terlayani PLN. Adapun sumber pendanaan proyek berasal dari Lembaga donor di Jerman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: