Badai Matahari Diprediksi Landa Bumi Akhir 2023, Apa Saja Dampaknya?
ILUSTRASI BADAI MATAHARI. -radar jogja-
“Matahari memiliki siklus sekitar 11 tahun sekali. Siklus ini sifatnya tidak selalu sama di setiap saat. Terkadang, Matahari sangat aktif melepaskan energi eksplosif, sementara di periode lainnya Matahari bersikap sangat tenang,” lanjut Johan.
Siklus 11 tahunan ini telah dikenal lama oleh manusia. Setidaknya, keberadaan siklus matahari telah terdokumentasikan dengan baik sejak abad 18. Saat ini, bumi sedang berada di awal siklus ke-25 yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024-2025.
Aktivitas Matahari diperkirakan akan meningkat dengan frekuensi kejadian flare dan lontaran massa korona kemungkinan akan bertambah.
Masyarakat yang tertarik untuk mengetahui kondisi terkini cuaca antariksa, dapat melakukan pemantauan melalui situs penyedia layanan informasi cuaca antariksa di internet.
Sementara itu, Badai Matahari adalah gangguan pada Matahari, yang dapat menyebar ke luar meliputi heliosfer, sehingga berdampak pada seluruh Tata Surya, termasuk Bumi.
Fenemona ini terekam awalnya oleh teleskop NASA menangkap jilatan api atau suar Matahari terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Kejadian ini beberapa hari lalu, telah menghentikan komunikasi radio di beberapa bagian Bumi.
Matahari memuntahkan suar besar bersamaan dengan ledakan radio besar-besaran pada hari Kamis (16/12), menyebabkan interferensi radio selama dua jam di beberapa bagian Amerika Serikat dan bagian dunia lainnya.
Dikutip detikINET dari NBC, para ilmuwan di Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika (NOAA) mengatakan "peristiwa luar biasa" ini adalah suar Matahari terbesar sejak tahun 2017.
"Ini kemungkinan merupakan salah satu peristiwa radio Matahari terbesar yang pernah tercatat," tulis NOAA.
Unit Layanan Cuaca Pusat Amerika, yang menyediakan prakiraan cuaca untuk penerbangan, mengatakan pihaknya belum pernah melihat hal seperti ini. Beberapa pilot melaporkan gangguan komunikasi dan dampaknya terasa di seluruh AS.
Letusan ini terjadi di bagian paling barat laut Matahari. Solar Dynamics Observatory milik NASA menangkap aksi tersebut dalam sinar ultraviolet ekstrim, dan merekam gelombang energi yang kuat sebagai kilatan cahaya sangat besar dan terang.
Para ilmuwan sekarang memantau wilayah bintik Matahari ini dan menganalisis kemungkinan ledakan plasma dari Matahari, yang juga dikenal sebagai lontaran massa koronal, yang mungkin mengarah ke Bumi.
Badai matahari ini berpotensi merusak satelit dan menyebabkan listrik padam. Menurut penelitian terbaru, peristiwa geomagnetik ini bahkan dapat mengganggu sistem kereta api karena dapat mengubah sinyal. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: