Kisah Mahasiswa Unila Asal Palestina Bisa Terhubung Dengan Sang Ibu Setelah 39 Hari Putus Komunikasi

Kisah Mahasiswa Unila Asal Palestina Bisa Terhubung Dengan Sang Ibu Setelah 39 Hari Putus Komunikasi

YAHIA.-dok pribadi-

RADARTV : Kebiadaban Bangsa Yahudi atas penyerangan ke Gaza Palestina membuat duka mendalam bagi seluruh bangsa di dunia, utamanya umat Muslim. Selain menyebabkan tewasnya belasan ribu penduduk Palestina. Kekejian Zionis telah menyebabkan tak ada satu tempat amanpun di sana.

Masjid, rumah sakit, perempuan, orang tua jompo, anak – anak, petugas medis, jurnalis, relawan kesehatan internasional telah menjadi korban.

”Tak ada satu tempat pun di Palestina bisa disebut aman. Rumah sakit, masjid, gereja dan permukiman, semua dibombardir oleh Israel,” kata Yahia Khalil Taha, pemuda Palestina yang kini tengah kuliah di Fakultas Teknik Universitas Lampung. 

Yahia bertutur dalam Bahasa Indonesia, dalam suasana haru menyatakan baru saja bisa menghubungi keluarganya setelah 39 hari invasi Israel ke jalur Gaza, Palestina. Komunikasi ini membuat dia dan sang ibu menangis harus atas kondisi perang di Palestina.  

”Setelah 39 hari, saya baru bisa menghubungi ibu di Palestina tapatnya pada hari Selasa 14 November 2023. Kami menangis setelah tahu dalam kondisi selamat,” tandasnya.  

 Sejak negara Israel menyerang menggunaka rudal, pesawat temput dan serangan darat. Maka tak ada satu pun tempat aman di Palestina. Keluarganya tinggal di 

Tel al-Hawa, tidak jauh dari Rumah Sakit Al-Quds. Setelah penyerangan, keluarga mengungsi ke Rumah Sakit Al-Quds. 

Pemuda berusia 24 tahun yang sedang kuliah Strata 2 (S2) itu mengatakan, tentara zionis lalu mengusir warga sipil agar ke luar rumah sakit. Mereka kini berada di bagian Selatan. Kondisi ini memang sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan bagian Utara.  

Lebih parah lagi karena terhitung sejak perang. Tak ada lagi pasokan makanan, dan air bersih putus. Untuk diketahui roti merupakan makanan utama bangsa Palestina. Kedudukannya sama seperti nasi bagi bangsa Indonesia. 

”Yang dibutuhkan bangsa Palestina secara konkret adalah bantuan kemanusian dan menghentikan perang,” jelasnya.

Saat ini, ada 56 negara muslim dan 23 negara Arab. Namun tidak ada yang berbuat konkret untuk menghentikan perang. Protes atau semcam kecaman keras tak ada gunanya bagi Palestina dan Israel. 

”Israel hanya tersenyum saja jika melihat ada Negara Islam cuma memberikan kecaman saja. Karena tak akan mengubah apapun. Mereka akan berkata, oh cuma kecaman saja,” timpalnya. 

Dijelaskanya, perang ini bukan antara Islam dan Yahudi saja, tapi perang atas nama kemanusian. Karena gereja pun turut di bumi hanguskan. Banyak juga orang Kristiani jadi korban perang.   

Salah satu petinggi Israel bahkan pernah mengatakan mereka akan menguasai Masjidil Aqsa. Bahkan kini, Yahudi mulai melaksanakan perayaan hari keagamaan di Masjidl Aqsa. Kedepan mereka akan meratakan kiblat pertama umat Islam dan mendirikan pusat peribadatan Yahudi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: