Tawuran Sadis, Psikolog Sebut Kenakalan Remaja yang Tak Terkontrol
Ilustrasi tawuran pelajar-Fajar-
RADARTV - Fenomena tawuran pelajar yang memakan korban jiwa dengan kondisi luka bacok di sekujur tubuh beberapa waktu lalu di Bandar Lampung, mendapat sorotan psikolog Dewi Lutfiana.
Jika dibandingkan dengan fenomena tawuran di era 90 an dimana tawuran antar pelajar hanya didominasi dengan batu dan obeng. Kini sudah bergeser kearah upaya menghabisi langsung lawan saat terjadi tawuran dengan senjata tajam.
Menurut Dewi kenapa fenomena tawuran pelajar, tawuran remaja dan genk motor meningkat di kalangan remaja saat ini karena diakibatkan banyak faktor sehingga condact disorder atau kenakalan remaja ini trendnya meningkat dan tak terkontrol.
“Kenapa ini trendnya menjadi naik dan tak terkontrol juga tidak terlepas dari pengaruh media sosial yang begitu pesat, secara tidak langsung bisa belajar di media ini,” ujar Dewi, Kamis, (2/11/2023).
Secara gamblang dewi menyebut banyak sekali faktor yang mengakibatkan kenakalan remaja menjadi cenderung emosional dan sadis.
BACA JUGA:Identitas Diketahui, Pelaku Utama Tawuran Pelajar Diminta Menyerahkan Diri
Dirinya menyebut jika keluarga semakin kesini, memang banyak ditemukan keluarga tidak memberikan apeksinya (perasaan) secara penuh kepada anaknya, atau dalam istilah lain kehangatan dalam keluarga.
“Kalau kita ngomongin anak-anak gak bisa lepas dari keluarga, semakin kesini anak-anak kurang mendapatkan apeksi secara penuh dari orang tua, semacam kehangatan keluarga, dan kadang juga terlalu over dan kadang lepas. Sehingga membuat anak mengalami masalah hilangnya rasa empati dan cenderung emosional,” sebut Dewi
Ia menyebut jika anak tumbuh dan berkembang dari keluarga yang kurang mendapat kehangatan keluarga, akan memiliki kepribadian anti sosial dan bisa menjadi psikopat.
“Kalau sudah anti sosial, secara geneteik ada kerusakan di otaknya, sehingga gak bisa ngerasain gimana sakitnya orang kalau orang dipukul atau dianiaya,” jelasnya.
Faktor selanjutnya yang juga ikut mempengaruhi yakni lingkungan masyarakat dimana anak itu bergaul. Bagaimana si anak mengekspresikan kehidupannya secara tepat.
Adanya model tawuran sadis juga dari faktor lingkungan. Si anak butuh pengakuan dari temannya, ada istilah dalam psikologi yakni konformitas, yakni pengaruh sosial di mana anak mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial dilingkungan ia bergaul.
“Agar mendapat pengakuan dari teman-temannya. Misalkan ada temannya yang punya ide yang sampe separah menganiaya dengan sajam itu menularkan ke temannya yang lain. Sehingga meningkatkan level agresivitasnya naik,” sebut Dewi
BACA JUGA:Tawuran di By Pass, Satu Pelajar Meninggal di Lokasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: