Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Novel Pulang Karya Leila S. Chudori
--istimewa
RADARTVNEWS.COM - Novel Pulang karya Leila S. Chudori menjadi salah satu karya sastra Indonesia yang berhasil menggambarkan luka sejarah bangsa dengan cara yang menyentuh dan mendalam. Melalui cerita yang kuat dan riset sejarah yang mendalam, Novel ini membawa pembaca menelusuri masa kelam pasca peristiwa politik 1965.
Novel ini bercerita tentang kehidupan para eksil politik Indonesia yang terdampar di Paris, Prancis, setelah peristiwa tersebut. Tokoh-tokoh dalam cerita menghadapi pergulatan batin antara kerinduan pada tanah air, perjuangan melawan stigma, dan keinginan untuk tetap mempertahankan jati diri. Leila berhasil menyatukan kisah personal dengan peristiwa besar bangsa, sehingga membuat cerita terasa hidup dan relevan.
“Pulang” tidak hanya menyajikan narasi sejarah, tetapi juga mengajak pembaca merenungkan makna kehilangan, perjuangan, dan identitas. Melalui bahasa yang puitis dan alur cerita yang mengalir, Leila membuka ruang dialog tentang memori kolektif dan rekonsiliasi bangsa.
Novel ini telah mendapatkan apresiasi luas, baik dari kalangan pembaca umum maupun kritikus sastra. “Pulang” menjadi bukti bahwa sastra dapat menjadi jembatan untuk memahami sejarah dengan lebih dekat dan manusiawi.
BACA JUGA:Tan Malaka dalam Sastra: Novel-Novel yang Wajib Dibaca
BACA JUGA:Laut Bercerita: Novel Leila Chudori Mengungkap Kelamnya Peristiwa 1998
Melalui Pulang, Leila S. Chudori tidak hanya menuliskan kisah fiksi, tetapi juga membangun ruang refleksi bagi siapa pun yang ingin memahami masa lalu bangsa Indonesia secara lebih dalam. Novel ini mengajarkan bahwa sejarah bukan sekadar deretan tahun dan peristiwa, melainkan kumpulan pengalaman manusia yang menyimpan luka, perjuangan, dan harapan.
Leila berhasil menghidupkan suara-suara yang selama ini terpinggirkan—para eksil politik, keluarga yang ditinggalkan, serta generasi muda yang tumbuh dalam bayang-bayang trauma sejarah. Dengan cara penceritaan yang halus namun tajam, pembaca diajak menyelami lapisan emosi yang kompleks: rasa rindu, kehilangan, amarah, dan harapan akan pulang.
Lebih dari sekadar karya sastra, “Pulang” menjadi pengingat penting bahwa rekonsiliasi dan keadilan historis tidak dapat dicapai jika bangsa ini terus menutup mata terhadap masa lalu. Novel ini memberi ruang bagi pembaca untuk merenungkan siapa kita sebagai bangsa, dari mana kita berasal, dan ke mana kita ingin melangkah.
Dengan keberanian Leila mengangkat kisah ini, “Pulang” berdiri sebagai salah satu tonggak penting dalam sastra Indonesia modern—bukan hanya karena keindahan bahasanya, tetapi juga karena kebermaknaannya dalam merawat ingatan kolektif bangsa. Novel ini menegaskan bahwa sejarah bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dipahami, dipelajari, dan dijadikan pijakan menuju masa depan yang lebih manusiawi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
