Mesin Kelebihan Tenaga Usai Mendarat, Kargo Emirates Jatuh ke Laut dan Renggut Dua Nyawa
--istimewa
RADARTVNEWS.COM - Penyelidikan awal Otoritas Investigasi Kecelakaan Udara Hong Kong (AAIA) mengungkap fakta penting di balik kecelakaan pesawat kargo Emirates EK9788 yang terjadi pada 20 Oktober 2025. Pesawat Boeing 747-400 yang dioperasikan ACT Airlines itu keluar dari landasan sesaat setelah mendarat dan akhirnya jatuh ke laut, menyebabkan dua petugas bandara meninggal dunia.
Data rekaman penerbangan menunjukkan mesin nomor empat tiba-tiba memberi tenaga dorong sangat besar begitu pesawat menyentuh landasan. Akselerasi ini meningkat cepat dalam hitungan detik, padahal pada fase pendaratan, tenaga mesin seharusnya diturunkan untuk memperlambat pesawat.
Dorongan kuat dari satu sisi membuat pesawat sulit dikendalikan. Akibat ketidakseimbangan tersebut, pesawat berbelok ke kiri dan tidak bisa kembali ke jalur pendaratan.
Setelah keluar dari runway, pesawat meluncur ke arah jalan perimeter bandara. Di titik ini, badan pesawat menabrak mobil patroli keamanan yang sedang berada di area tersebut. Benturan itu membuat mobil ikut terseret hingga masuk ke perairan.
BACA JUGA:Danantara Targetkan Seluruh Pesawat Grounded Garuda Operasional Kembali pada 2026
BACA JUGA:Terbang Lebih Halus, Emirates Pakai AI untuk Prediksi Cuaca Ekstrem di Udara
Pesawat melaju beberapa meter lagi sebelum akhirnya jatuh ke laut dan berhenti dalam kondisi rusak parah. Dua petugas keamanan di dalam mobil berhasil dievakuasi tetapi meninggal di rumah sakit. Sementara itu, empat kru pesawat dilaporkan selamat.
Ketika proses evakuasi dilakukan, tim menemukan badan pesawat mengalami kerusakan besar. Bagian belakang pesawat terlepas, sedangkan bagian lainnya terlihat terbelah akibat benturan saat masuk ke air. Tim penyelamat dari bandara, pemadam kebakaran, dan penerbangan pemerintah bekerja sepanjang hari untuk mengevakuasi serpihan pesawat dari lokasi.
Investigasi awal juga mencatat bahwa thrust reverser pada mesin yang bermasalah itu sudah tidak berfungsi sebelum pesawat tiba di Hong Kong. Selain itu, sistem autobrake tidak bekerja otomatis, sehingga awak kokpit harus mengerem secara manual.
Kombinasi kondisi teknis ini sedang dipelajari lebih lanjut untuk mengetahui apakah berkaitan dengan hilangnya kendali saat pendaratan.
AAIA menegaskan bahwa temuan ini masih berupa rangkuman fakta awal. Proses investigasi lengkap diperkirakan membutuhkan waktu hingga satu tahun dan dilakukan bersama ahli dari Turki, Amerika Serikat, serta tim teknis Boeing.
Insiden ini menjadi salah satu kecelakaan paling serius yang pernah terjadi di Bandara Internasional Hong Kong, yang selama ini dikenal memiliki standar keselamatan tinggi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
