RADARTVNEWS.COM - Dalam ajang Miss Universe 2025 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, Nadeen Ayoub muncul sebagai wakil pertama resmi dari Palestina di kompetisi kecantikan dunia ini sebuah momen yang secara simbolik menandai debut negara tersebut dalam pagelaran global tersebut.
Dia melangkah ke panggung dengan nama “Miss Palestine”, mengenakan gaun warna ivory yang dilengkapi bordir tatreez tradisional Palestina dan sebuah cape lukisan tangan yang memuat citra Al‑Aqsa Mosque serta Church of the Holy Sepulchre dua situs suci yang berada di Yerusalem.
Ayoub mengungkap bahwa gaun ini bukan sekadar busana malam, tetapi sebuah warisan “my heritage, my voice and my heart,” tuturnya dalam sebuah posting Instagram.
Detail gaun tersebut menyertakan motif warna hijau-emas di bagian leher, bahu, dan tepian hem yang merupakan cerminan desa-desa Palestina; sementara capa-lukisan tangan memuat cabang zaitun dan sebuah kunci, simbol harapan bagi banyak warga Palestina untuk kembali ke rumah yang dulu mereka tinggalkan.
Penampilan Ayoub memicu respons yang beragam. Di satu sisi, banyak pihak mengapresiasi bagaimana dia menggunakan panggung dunia untuk menghadirkan identitas Palestina secara visual dan simbolik — melalui bordir, motif, dan narasi yang tersurat dalam busananya.
BACA JUGA:Gemilang di Usia 38 Tahun, Kirana Larasati Sabet Gelar 2nd Runner-Up Miss Universe Indonesia 2025
BACA JUGA:Habib Umar bin Hafidz Jawab Pertanyaan Deddy Corbuzier soal Tuhan dan Tragedi Palestina
Di sisi lain, media Israel melaporkan bahwa kostum Ayoub menimbulkan kritik karena memakai citra Al-Aqsa dan menggambarkan simbol politik.
Dari sisi kompetisi, Ayoub berhasil masuk ke dalam top 30 peserta dari lebih dari 120 kontestan dunia. Meskipun belum melangkah hingga ke babak Top 12, pencapaian tersebut diingat sebagai tonggak penting: representasi Palestina di panggung internasional yang sebelumnya belum pernah terjadi.
Di balik gemerlap panggung dan gaun penuh makna itu, profil Ayoub juga memuat sejumlah dinamika. Ia lahir di Amerika Serikat dari orang tua Palestina, kemudian besar di Kanada, dan kini berdomisili di Dubai serta berbagai tempat lainnya. Keputusan untuk membawa identitas Palestina ke ajang Miss Universe dianggap sebagai langkah advokasi—“I carry the voice of a people who refuse to be silenced,” tulisnya.
Penampilan Ayoub di Miss Universe 2025, dengan kekayaan simbol dan keberanian tampil sebagai wakil dari Palestina, memperlihatkan bahwa ajang kecantikan tak hanya tentang estetika semata. Ia juga bisa menjadi ruang untuk menyampaikan narasi budaya, sejarah, dan aspirasi sebuah komunitas.