Laporan: Benarkah Yaman Jadi Negara dengan Jam Kerja Paling Sedikit di Dunia? Ini Fakta dari Sumber Terpercaya

Kamis 20-11-2025,14:43 WIB
Reporter : MG - Alkhansa Rizky A
Editor : Jefri Ardi

RADARTVNEWS.COM - Sebuah unggahan di media sosial baru-baru ini menyebutkan bahwa Yaman menjadi negara dengan jam kerja paling sedikit di dunia pada tahun 2025, dengan rata-rata waktu bekerja hanya 25,9 jam per minggu atau sekitar empat jam per hari.

BACA JUGA:Swedia Jadi Negara Pertama di Dunia yang Izinkan Dokter “Meresepkan Liburan” untuk Kesehatan Pasien

Klaim ini dengan cepat menarik perhatian publik, terutama karena Yaman selama satu dekade terakhir terus berada dalam kondisi konflik bersenjata yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan warganya. Namun, setelah ditelusuri melalui data resmi lembaga internasional seperti International Labour Organization (ILO), Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), serta laporan ekonomi dari World Bank dan UNDP, tidak ditemukan bukti kuat yang mendukung pernyataan tersebut.

Hingga kini, tidak ada laporan resmi dari ILO atau OECD yang mencatat atau mengonfirmasi bahwa Yaman adalah negara dengan jam kerja terpendek di dunia. Bahkan, Yaman tidak termasuk dalam daftar negara yang secara rutin dipantau oleh OECD dalam hal rata-rata jam kerja karena kurangnya data ekonomi yang stabil.

Sementara itu, data World Bank menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen tenaga kerja Yaman berada di sektor informal, seperti pertanian kecil, usaha keluarga, perdagangan tradisional, atau pekerjaan harian yang tidak tercatat. Kondisi ini membuat pengukuran jam kerja nasional menjadi sangat tidak konsisten dan sulit diverifikasi.

Penurunan aktivitas ekonomi di Yaman bukanlah hasil dari kebijakan jam kerja pendek seperti yang diterapkan negara-negara Eropa, melainkan dampak langsung dari konflik berkepanjangan sejak 2015. Menurut laporan IMF dan UNDP, kerusakan infrastruktur, gangguan distribusi barang, blokade ekonomi, serta tingginya tingkat pengangguran menyebabkan jam kerja banyak warga Yaman secara realistis menjadi lebih sedikit.

Namun, waktu kerja yang rendah ini bukan gambaran kesejahteraan ataupun peningkatan kualitas hidup, melainkan konsekuensi dari terbatasnya lapangan pekerjaan dan rendahnya aktivitas ekonomi. UNDP bahkan memperkirakan tingkat pengangguran Yaman dapat mencapai lebih dari 35 persen, dengan angka yang lebih tinggi di kalangan anak muda.

Unggahan tersebut juga mengutip penelitian Autonomy Institute mengenai manfaat jam kerja singkat. Meski benar bahwa lembaga tersebut pernah meneliti dampak positif pengurangan jam kerja di negara maju, tidak ada riset yang secara khusus menyinggung Yaman. Studi tersebut lebih relevan pada konteks negara stabil dengan sistem ekonomi modern, sehingga tidak dapat diterapkan langsung untuk menjelaskan kondisi Yaman.

Untuk saat ini, negara dengan jam kerja terpendek menurut data resmi OECD masih ditempati negara-negara seperti Jerman, Denmark, dan Belanda, yang rata-rata jam kerjanya berada pada kisaran 26 hingga 32 jam per minggu. Berbeda dengan Yaman, jam kerja pendek di negara-negara tersebut merupakan hasil kebijakan ketenagakerjaan, efisiensi ekonomi, dan tingkat produktivitas yang tinggi.

Dengan demikian, klaim bahwa Yaman menjadi negara dengan jam kerja paling sedikit di dunia tidak didukung oleh sumber kredibel. Memang benar bahwa waktu kerja di Yaman menurun drastis, tetapi penurunan itu disebabkan oleh konflik dan tidak dapat dianggap sebagai indikator kesejahteraan atau kebijakan positif. Situasi tersebut justru menunjukkan betapa rapuhnya kondisi ekonomi Yaman saat ini.

BACA JUGA:Lubang Koronal Raksasa 35 Kali Ukuran Bumi Terdeteksi di Matahari, NASA Keluarkan Peringatan Cuaca Antariksa

Kategori :