Edukasi Pasien ODHA Dengan Terapi Kelompok

Senin 30-06-2025,20:47 WIB
Reporter : Admin
Editor : Jefri Ardi

                           Oleh : Idawati Manurung, S. Kp. M. Kes

                         Dosen Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

     Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, yaitu sel T atau CD4. HIV ditularkan melalui hubungan seksual baik melalui anal atau vagina, penggunaan jarum suntik bersamaan, transfusi darah dan lainnya (Prevention, 2021). Apabila tidak ditangani sesegera mungkin, infeksi HIV ini dapat berkembang hingga mencapai stadium akhir, AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, kondisi ketika sistem kekebalan tubuh sudah tidak mampu lagi melawan infeksi yang masuk. Virus yang ada di dalam tubuh tidak bisa keluar, sehingga seseorang harus mengonsumsi obat ARV (Antiretroviral) seumur hidup (HIV.GO, 2023). ARV memiliki tugas meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus, dalam arti mencegah agar virus tidak berkembang biak. Konsentrasi ARV di dalam darah mampu menjadi benteng pertahanan agar virus tidak bisa masuk atau menerobos ke sel target (CD4). Jika seseorang tidak tepat mengkonsumsi atau terlupa, maka konsentrasi ARV di dalam darah akan menurun, virus bisa masuk ke sel hingga menuju inti sel. Jadwal ketat minum obat HIV ini tidak boleh meleset agar bisa menekan jumlah virus di tubuhnya. Efek samping obat ARV adalah pusing, sakit kepala, mual muntah, sulit tidur, tubuh merasa lelah dan kerusakan jaringan tubuh lainnya. (Maxi Rein Rondonuwu, 2022)

     Kepatuhan atau aderen terhadap terapi antiretroviral (ARV) adalah kunci keberhasilan pengobatan infeksi HIV, karena ARV berkelanjutan mampu menekan HIV hingga tak terdeteksi, mengurangi risiko resistensi obat, meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta mengurangi risiko penularan HIV. Kepatuhan menggunakan ARV artinya menggunakan obat dan dosis dengan benar, tepat waktu, tidak pernah terputus. (HIV.GO, 2023). Petugas kesehatan harus mampu meningkatkan kepercayaan pasien untuk tetap hidup seperti orang lain melalui cara-cara yang tidak menghakimi dan mendukung perawatan dan penggunaan strategi motivasi positif (Hafsah & Muhartini, 2023). Petugas kesehatan harus terus menerus melakukan penyuluhan dan nasihat kepadapasien HIV AIDS agar Adherance /kepatuhan pengobatan ARV seumur hidup tercapai dan tidak terjadi Lost to Follow Up (putus obat).  (Sunardji, 2022). 


Pemberian Edukasi-Foto : Ist-

     Penulis mengadakan rangkaian terapi kelompok sebagai bentuk edukasi kepatuhan minum obat kepada orang dengan HIV-AIDS (ODHA)  yang bergabung dalam kelompok dukungan sebaya yang bernama KDS Siger Sebaya di Bandar Lampung   pada bulan Juni-Agustus 2024. Edukasi melalui terapi kelompok ini diberikankepada orang ODHA dan OHIDA. Terapi kelompok diberikan kepada ODHA yang sudah lebih dari dua tahun menggunakan ARV dan kepada anak-anak mereka yang juga sudah mengkonsumsi ARV sejak masih kecil. Materi terapi tentang persepsi tentang penyakit mereka, kepatuhan obat dan harapan.  Terapi kelompok terdiri dari 8-10 peserta yang dipimpin oleh penulis sendiri. Terapi kelompok dimulai dengan ceramah tentang HIV dan obat, pemutaran video tentang motivasi hidup, kemudian diteruskan dengan diskusi kelompok tentang persepsi mereka tentang tema harapan, penguasaan diri dan perkembangan HIV yang mengharuskan minum obat. Hasilnya, para peserta yang sudah lama mengkonsumsi ARV mengatakan bahwa mereka sudah terbiasa minum obat tetapi rata-rata mereka pernah putus obat, terutama pada saat terdiagnosa. Remaja yang mengkonsumsi ARV mengatakan bahwa mereka tidak berani ketahuan teman-temannya, mereka juga minder dengan kondisi mereka. Pada saat diskusi, para peserta mula-mula ragu-ragu memberikan pendapat, apa lagi belum saling mengenal tetapi ketika pasien lama menceritakan pengalaman mereka, kesedihan, putus obat, dan kemampuan mereka untuk bangkit kembali untuk bisa bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Suasana menjadi akrab dan saling memberi semangat dan motivasi. Materi yang diajarkan bisa mereka langsung tanyakan kepada terapist dan didiskusikan dengan baik. Suasana terapi kelompok begitu baik, materi bisa dimengerti, pengetahuan dan motivasi baru terbentuk. 

     Pada anak-anak yang sudah ODHA, diberikan terapi kelompok juga dengan tema cita-cita, tubuh yang sehat dengan minum obat dan bagaimana menjawab bila ditanya orang lain tentang mengapa minum obat. (Juniasa, 2023). Kegiatan dilakukan dengan terapi gambar dan mewarnai dan terapi cerita. Anak-anak antusias mengikuti dan mereka dengan gembira menyatakan cita-cita, menceritakan kebosanan minum obat dan tidak mengerti mengapa harus minum obat terus. Terapi ini membuat anak-anak gembira dan senang karena mendapat teman baru dan sama-sama minum obat.

     Terapi kelompok menyediakan salah satu cara paling efektif untuk menangani masalah kesehatan mental dan penyalahgunaan zat. Dipimpin oleh satu atau lebih terapis terlatih, sesi terapi kelompok mempertemukan individu yang memiliki tantangan atau malah serupa. Meskipun terapi kelompok dapat bermanfaat dengan sendirinya, terapi ini sering digunakan bersamaan dengan terapi perorangan dan pengobatan untuk pendekatan pengobatan yang menyeluruh.(Advocates, 2025). Terapi kelompok bermanfaat bagi pesertanya dengan berfokus pada perubahan perilaku atau perspektif terhadap masalah hidupnya. (Mike Butera, 2024).


Terapi Kelompok-Foto : Ist-

     Manfaat dirasakan peserta setelah ikut terapi kelompok adalah rasa kebersamaan yang kuat antara sesama pasien ODHA, menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Sesi terapi kelompok memungkinkan peserta untuk mendengar cerita pasien HIV lainnya yang dapat menawarkan wawasan dan perspektif baru tentang situasi mereka sendiri. Penghargaan dari peserta lain, tidak direndahkan karena sesama pasien ODHA  dapat meningkatkan harga diri, menambah teman dan pengalaman. Terapi kelompok ini sangat efektif dan efisien karena dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang singkat. (Kohir et al., 2022). Meskipun terapi kelompok dapat bermanfaat dengan sendirinya, terapi ini sering digunakan bersamaan dengan terapi perorangan dan pengobatan untuk pendekatan pengobatan yang menyeluruh.   Berdasarkan hasil kegiatan ini maka bentuk-bentuk terapi kelompok perlu dipelajari petugas kesehatan agar bisa dipakai sebagai bentuk edukasi dan bisa dikembangkan menjadi kelompok swakelola sesama ODHA sehingga mereka men jadi mandiri dalam mengurus dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Advocates, C. (2025). 7 Manfaat Terapi Kelompok. Citizen Advocates. https://citizenadvocates.net/blog/7-benefits-of-group-therapy/

Hafsah, H., & Muhartini, A. (2023). PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING, REINFORCING ORANG DENGAN HIV AIDS TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2021. Jurnal Kesehatan Dan Kedokteran, 2(1), 60–64.

HIV.GO. (2023). What Is HIV? HIV.GO. www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/what-are-hiv-and-aids/

Jacob, E. A., Osime, E. O., Kolawole, F., & Titilayo, O. E. (2022). Attitudes and Behaviors of Healthcare Professionals toward HIV Positive Patients in a Tertiary Hospital. Biomedical Research and Clinical Reviews, 6(3).

Kategori :