LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Persepolis adalah simbol kemegahan dan kejayaan Kekaisaran Persia Kuno, sebuah warisan arkeologis yang tak ternilai dari masa lampau. Didirikan oleh Raja Darius I pada abad ke-6 SM, kota ini dibangun sebagai pusat administratif dan seremonial dari Kekaisaran Achaemenid, yang membentang dari Mesir hingga India. Terletak di dataran Fars, Iran, Persepolis berdiri sebagai salah satu situs arkeologi paling penting di dunia, memberikan wawasan mendalam tentang kebudayaan dan kekayaan Persia Kuno. Berikut adalah sedikit penjelasan mengenai Kota yang menjadi simbol kemegahan Persia yakni Persepolis.
Arsitektur yang Megah
Persepolis, atau yang dalam bahasa Persia disebut Takht-e Jamshid, bangunan ini menunjukkan kemajuan arsitektur yang luar biasa pada zamannya. Situs ini dibangun di atas platform tinggi dan dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang menggambarkan raja, dewa, serta upacara-upacara penting. Arsitektur Persepolis adalah kombinasi yang unik dari berbagai pengaruh dari seluruh kekaisaran, termasuk Mesir, Babilonia, dan Yunani, menciptakan gaya yang kaya dan beragam.
Gerbang Apadana adalah salah satu struktur terbesar di Persepolis. Bangunan ini memiliki 72 pilar, masing-masing setinggi 20 meter, yang dihiasi dengan ukiran singa dan banteng sebagai simbol kekuatan. Di sinilah Darius I dan raja-raja Achaemenid lainnya menerima perwakilan dari seluruh pelosok kekaisaran yang datang dengan persembahan dan penghormatan. Gerbang Apadana mencerminkan kekuasaan dan kebesaran Persia Kuno, dengan detail-detail ukiran yang menampilkan etnisitas dan kostum khas berbagai bangsa yang menjadi bagian dari kekaisaran.
BACA JUGA:Mengungkap Budaya Adat Lampung: Tradisi, Tarian, dan Busana Daerah
Relief dan Simbolisme
Relief yang ada di Persepolis tidak hanya berfungsi sebagai hiasan saja, tetapi juga sebagai alat propaganda. Setiap relief menggambarkan pemandangan masyarakat yang harmonis, di mana rakyatnya tunduk pada raja dan menghormati dewa-dewa. Misalnya, salah satu relief terkenal menunjukkan para perwakilan dari berbagai wilayah kekaisaran membawa persembahan kepada raja, sebuah lambang penghormatan dan pengakuan atas otoritas kekaisaran Persia. Relief ini mencerminkan konsep kekaisaran Persia yang inklusif dan multikultural, di mana berbagai bangsa dihormati asal usul dan adat istiadat mereka, asalkan tetap setia pada raja.
Kejatuhan Persepolis
Persepolis mencapai puncak kemegahannya selama kekuasaan Darius I dan penerusnya, Xerxes I. Namun, pada tahun 330 SM, kota ini mengalami kehancuran yang tragis ketika Alexander Agung dari Makedonia menaklukkan Persia dan membakar Persepolis sebagai tanda kekalahan kekaisaran. Kebakaran tersebut menghancurkan sebagian besar bangunan dan meninggalkan puing-puing yang kita lihat hingga hari ini. Sebagian sejarawan percaya bahwa pembakaran ini merupakan tindakan balas dendam atas penghancuran Athena oleh Persia dalam Perang Yunani-Persia sebelumnya.
BACA JUGA:Pavlopetri: Menyingkap Rahasia Kota Yunani Bawah Laut
Pentingnya Persepolis bagi Dunia Modern
Meskipun hanya tersisa reruntuhan, Persepolis tetap menjadi simbol kekayaan sejarah dan budaya Iran. Situs ini menggambarkan pencapaian besar Kekaisaran Achaemenid dalam bidang arsitektur, seni, dan administrasi. Persepolis juga mencerminkan kehidupan masyarakat Persia yang harmonis dalam keragaman budaya yang luas. Dengan segala kemegahannya yang masih terlihat di sisa-sisa pilar dan relief, Persepolis menawarkan bukti nyata dari toleransi dan keberagaman yang telah diterapkan jauh sebelum konsep tersebut dikenal dalam sejarah modern.
Sejak ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1979, Persepolis menjadi daya tarik wisata dan penelitian sejarah yang penting. Para pengunjung dari seluruh dunia datang untuk melihat langsung keindahan dan detail yang menghiasi setiap sudutnya, yang menjadi saksi bisu atas peradaban yang pernah menguasai sebagian besar dunia. Persepolis bukan hanya sekadar reruntuhan kota kuno, melainkan peninggalan yang mengingatkan kita pada kebesaran budaya Persia dan kekayaan sejarah dunia yang tak ternilai.