LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Perpustakaan Ashurbanipal, berlokasi di kota kuno Niniwe (sekarang di wilayah Irak), adalah salah satu perpustakaan tertua yang pernah ditemukan di dunia. Perpustakaan ini didirikan pada abad ke-7 SM oleh Raja Ashurbanipal dari Kekaisaran Asyur. Terdapat lebih dari 30.000 tablet tanah liat yang berisi teks-teks kuno, seperti puisi, mitologi, catatan hukum, ilmu pengetahuan, dan literatur dari berbagai bidang. Salah satu dari koleksi tersebut adalah Epik Gilgamesh, dipercayai sebagai salah satu karya sastra tertua dalam sejarah manusia.
Kejayaan Perpustakaan Ashurbanipal
Ashurbanipal merupakan seorang raja yang sangat tertarik pada ilmu pengetahuan dan literatur. Berbeda dari banyak penguasa pada masanya, ia adalah seorang yang terpelajar dan menguasai berbagai bahasa hingga keterampilan membaca serta menulis. Dengan minat yang mendalam terhadap pengetahuan, ia mendirikan perpustakaan besar di istananya di Niniwe dan mengumpulkan teks-teks dari seluruh Mesopotamia.
Perpustakaan Ashurbanipal menjadi pusat intelektual Kekaisaran Asyur, menyimpan berbagai teks penting yang meliputi hukum, doa, astronomi, medis, serta mitologi. Raja Ashurbanipal juga mengirim utusan ke berbagai kota di seluruh kekaisaran untuk menyalin teks-teks penting dan membawanya ke Niniwe. Banyak tablet tanah liat ditulis dalam aksara kuneiform dan memberikan wawasan yang luar biasa tentang peradaban Mesopotamia kuno.
Hilangnya Perpustakaan dan Misteri Tablet yang Tersebar.
Pada abad ke-7 SM, Kekaisaran Asyur mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 612 SM, kota Niniwe dihancurkan oleh aliansi antara Babel dan Media dalam pertempuran skala besar. Dalam proses ini, sebagian besar kota terbakar serta reruntuhannya terkubur dalam waktu yang sangat lama.
Perpustakaan Ashurbanipal juga turut hancur dan koleksinya tersebar atau hilang saat kekaisaran runtuh. Ironisnya, kebakaran di perpustakaan tersebut menyebabkan beberapa tablet tanah liat terlestarikan. Dalam kebakaran, suhu tinggi menyebabkan tablet menjadi lebih padat serta lebih tahan lama. Tablet-tablet ini kemudian ditemukan kembali oleh arkeolog ribuan tahun kemudian, tetapi masih banyak yang tetap hilang atau terkubur di lokasi yang tidak diketahui. Beberapa tablet juga ditemukan dalam kondisi hancur atau patah, membuat banyak teks tidak lengkap hingga sulit diartikan.