Sementara berdasarkan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), erupsi meurpakan peristiwa keluarnya magma dari gunung api menuju permukaan bumi yang bisa dikeluarkan secara efusif maupun eksplosif.
Magma Indonesia melalui laporan yang disampaikan Anggi Nuryo Saputro, petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau, menuliskan jikalau kepulan asap kelabu pekat membumbung setinggi 450 meter dari atas puncak. Kepulan asap erupsi Gunung Anak Krakatau mengarah ke Timur Laut.
Pelayaran Selat Sunda Terpantau Aman
Sementara itu, proses pelayaran laut penumpang dan barang dari Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung menuju Pelabuhan Merak, Provinsi Banten terpantau aman dan lancar. Jalur laut penyeberangan sepanjang 36 kilometer ini relatif sangat jauh dari posisi Gunung Anak Krakatau. Termasuk tak terpengaruh dengan imbauan PVMBG di luar jalur aman sekitar 5 kilometer dari GAK.
"Sejauh ini, pelayaran dari siang hingga malam ini lancar dan aman," ujar salah satu warga yang baru saja nyebrang dari Jakarta.
Begitu pula dengan gelombang laut tak terpengaruh, meski Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi. Tidak ada informasi terjadi tsunami seperti yang terjadi pada 28 Desember 2018 silam.
Sejumlah warga sipil di kawasan Tanjung Lesung, Provinsi Banten menyatakan mendengar suara dentuman diduga berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau. "Kedengeran jelas suara letusannya," ujar Kyai Unang,
"Terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau hari Ahad, 26 November 2023, pukul 12.28 WIB. Tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 450 meter di atas puncak 607 meter di atas permukaan laut," kata Andi Suardi, siang tadi.
Pihaknya memastikan letusan itu mengeluarkan abu vulkanik berwarna kelabu dengan intensitas tebal. Erupsi ini juga terekam selama 32 detik di seismograf dengan amplitudo maksimum 50 mm. (*)