BANNER HEADER DISWAY HD

Tumpukan Sampah di Everest Jadi Ancaman, Ribuan Pendaki Rela Hadapi Risiko Maut

Tumpukan Sampah di Everest Jadi Ancaman, Ribuan Pendaki Rela Hadapi Risiko Maut

--

RADARTVNEWS.COM - Gunung Everest, yang dikenal sebagai puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848 meter, saat ini tengah menghadapi masalah lingkungan yang serius: tumpukan sampah yang menggunung di sepanjang jalur pendakian hingga puncaknya. Masalah ini menjadi ironi di balik keindahan dan prestise menaklukkan puncak tertinggi bumi yang selalu menjadi impian para pendaki dari berbagai negara.

Setiap tahun, ratusan hingga ribuan pendaki berbondong-bondong mendaki Everest, meskipun harus menghadapi risiko ekstrim seperti suhu sangat dingin, badai salju, dan terutama “zona kematian” di atas 8.000 meter yang menyebabkan tubuh manusia menurun daya tahan akibat oksigen yang sangat tipis. Sepanjang sejarah pendakian yang dimulai sejak 1953, tercatat lebih dari 340 pendaki meninggal, dengan lebih dari 200 jasad masih terbenam di es karena evakuasi jasad sangat rumit dan mahal, bahkan mencapai biaya hingga Rp1 miliar untuk satu jasad.

Meski begitu, motivasi para pendaki tetap kuat. Mereka datang untuk membuktikan kemampuan fisik dan mental, memenuhi ambisi pribadi, membawa bangga nama negara, atau menggapai prestise sebagai bagian dari tantangan tujuh puncak tertinggi dunia, Seven Summits. Bagi sebagian, pendakian Everest juga menjadi perjalanan spiritual untuk mencari makna dan ketenangan batin di tengah lanskap alam yang megah namun kejam.

BACA JUGA:Bukan Everest! Inilah Gunung di Ekuador yang Jadi Titik Terjauh dari Pusat Bumi

Namun, dampak dari aktivitas ini sangat nyata, Everest kini menjadi tempat pembuangan sampah tertinggi di dunia. Sampah berupa tenda robek, tabung oksigen kosong, peralatan memasak, limbah plastik, hingga kotoran manusia bertumpuk dan membeku di ketinggian ekstrem. Kondisi ini diperparah oleh sampah-sampah tertinggal dari ekspedisi lama yang sulit diangkut kembali.

Pada musim pendakian terakhir, sebuah tim dari tentara dan sherpa yang didukung pemerintah Nepal berhasil mengangkut 11 ton sampah dan beberapa jenazah dari puncak dan jalur pendakian, namun masih diperkirakan tersisa puluhan ton sampah beku di South Col, kamp terakhir sebelum puncak.

BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Gunung Ijen: Keajaiban Api Biru dari Dalam Perut Bumi

Pemerintah Nepal telah memberlakukan aturan ketat, mewajibkan setiap pendaki membawa kantong sampah dan kembali membawa limbah mereka agar jumlah sampah semakin berkurang. Program chip pelacak untuk memudahkan operasi pencarian dan penyelamatan juga mulai diterapkan demi keselamatan pendaki. Meski ada upaya pembersihan dan peningkatan kesadaran, permasalahan lingkungan di Everest tetap menjadi tantangan besar yang memerlukan kerja sama global dan kesadaran tinggi dari para pendaki untuk menjaga kelestarian gunung legendaris ini.

Tumpukan sampah bukan hanya merusak keindahan alam tapi juga mengancam ekosistem, serta menjadi pengingat betapa mahalnya harga yang dibayar manusia untuk memenuhi ambisinya di atap dunia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: