Kapal Bantuan Global Sumud Flotilla Dihadang Israel Hingga Aktivis Dunia Ditahan
-Instagram/@globalsumudflotilla-
RADARTVNEWS.COM - Satu kapal dari armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla bernama Mikeno dilaporkan berhasil mencapai perairan Palestina setelah menembus blokade Israel. Keberhasilan itu terjadi di tengah agresi Angkatan Laut Israel yang menyerang dan menahan sebagian besar armada, dengan total 223 aktivis internasional kini berada dalam tahanan.
Menurut laporan TRT World, Mikeno berhasil lolos meski lebih dari 20 kali diintersepsi secara ilegal oleh pasukan Israel. Sementara itu, 24 kapal lainnya dari armada tersebut masih melanjutkan pelayaran menuju Jalur Gaza. Pihak flotilla menyebut sedikitnya 15 kapal diserang sejak Rabu malam, dan delapan kapal lain kemungkinan sudah atau sedang dicegat.
Salah satu kapal yang diserang adalah armada yang ditumpangi aktivis lingkungan Greta Thunberg. Greta dilaporkan ditahan dalam kondisi aman tanpa mengalami luka. Selain itu, seorang aktivis Turki, Erdem Ozveren, menyampaikan kapalnya kini berada kurang dari 30 mil laut dari pantai Gaza dan tetap berusaha untuk menembus blokade.
Israel membantah klaim bahwa ada kapal yang berhasil mencapai Gaza. Kementerian Luar Negeri Israel menegaskan tidak ada satu pun “kapal provokasi Hamas-Sumud” yang berhasil menembus blokade laut. Dalam pernyataan resminya, Israel menyebut upaya masuk ke zona pertempuran aktif akan dicegah sepenuhnya.
Global Sumud Flotilla menjadi misi kemanusiaan laut terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dengan lebih dari 50 kapal yang membawa 500 aktivis dari 45 negara. Kapal-kapal itu berangkat sejak akhir Agustus dengan membawa pasokan medis dan bantuan kemanusiaan krusial. Misi ini ditujukan menentang blokade Israel yang telah berlangsung hampir 18 tahun terhadap Gaza.
Blokade semakin diperketat sejak Maret lalu, ketika Israel menutup perbatasan dan memblokir pengiriman makanan serta obat-obatan. Situasi itu mendorong Gaza ke jurang kelaparan. Laporan internasional menyebut sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Pasukan Israel menaiki dan menguasai sejumlah kapal flotilla pada Rabu malam, 1 Oktober 2025. Armada yang terdiri lebih dari 40 kapal sipil dengan 500 aktivis itu dicegat di perairan internasional, dan para peserta ditahan serta dibawa ke Israel. Juru bicara flotilla, Saif Abukeshek, menyebut masih ada sekitar 30 kapal yang bertekad melanjutkan perjalanan.
BACA JUGA:Italia dan Spanyol Kirim Kapal Perang Kawal Armada Bantuan Global Sumud ke Gaza
Menurut Global Sumud Flotilla, kapal-kapal dicegat sekitar 130 km dari pantai Gaza. Komunikasi diputus, sinyal dijamming, dan setidaknya 13 kapal dihentikan dengan 201 orang dari 37 negara di dalamnya. Dari jumlah itu, 30 aktivis berasal dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia.
Kementerian Luar Negeri Israel merilis video yang memperlihatkan tentara memperingatkan armada bahwa mereka memasuki zona terblokade, menegaskan bantuan harus disalurkan melalui jalur resmi. Dubes Israel untuk PBB, Danny Danon, menyatakan para aktivis akan dideportasi setelah perayaan Yom Kippur. Greta Thunberg juga tampak dalam video kementerian saat berada di dek kapal yang sudah dikuasai tentara.
Upaya menembus blokade Gaza lewat laut bukanlah hal baru. Pada 2010, serangan Israel terhadap kapal Mavi Marmara menewaskan 10 aktivis asal Turki dan memicu kecaman global. Flotilla-flotilla berikutnya pada 2011, 2015, dan 2018 juga dihentikan. Pada Juni 2025, kapal Madleen yang membawa bantuan dari Sisilia dicegat di perairan internasional, dan 12 aktivis termasuk Greta Thunberg dideportasi setelah ditahan.
Global Sumud Flotilla 2025 berangkat sejak akhir Agustus dari Spanyol dan Italia, singgah di Yunani dan Tunisia, lalu melanjutkan ke Mediterania timur. Armada itu membawa lebih dari 50 kapal dari 44 negara, termasuk aktivis, anggota parlemen, hingga 24 warga Amerika Serikat. Beberapa kapal bahkan dilaporkan sempat mengalami serangan drone di dekat Malta dan Kreta.
Langkah Israel memicu kecaman internasional. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebut tindakan Israel sebagai intimidasi terhadap relawan sipil. Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Harris menegaskan flotilla adalah misi damai untuk menyoroti bencana kemanusiaan. Presiden Kolombia Gustavo Petro bahkan mengusir diplomat Israel serta menghentikan perjanjian dagang, setelah dua warganya ditahan.
Aktivis Indonesia Wanda Hamidah yang ikut dalam kapal Nusantara menyatakan pelayarannya gagal mencapai Gaza setelah 31 hari berlayar. Dalam unggahannya, Wanda berjanji akan kembali menyiapkan armada Indonesia sendiri agar dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan. Sementara itu, aktivis Indonesia lain, Muhammad Husein, melaporkan kapalnya memilih mundur demi menyelamatkan dokumentasi dan bukti serangan untuk dibawa ke peradilan internasional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
