Membangun Kesalehan Sosial Lewat Budaya Persaudaraan Islam

Membangun Kesalehan Sosial Lewat Budaya Persaudaraan Islam

Ilustrasi-(Foto : pexels-alena-darmel)-

Kedatangan era modern dengan ideologi nasionalisme membuat Umat Islam terkurung dalam negara-negara kecil, kehilangan Ukhuwah.

Kondisi itu berlarut-larut hingga saat ini. Apalagi didorong oleh pemikiran yang digembuskan lewat argumentasi hadits bahwa perbedaan diantara umatku Rahmah.

Menyikapi kenyataan Sejarah seperti itu, banyak pihak yang mulai memikirkan format baru Ukhuwah Islamiyah, Ibnu Taimiyah misalnya, yang lahir lima tahun setelah keruntuhan Abbasiyah, pernah mengusulkan doktrin universal Chaliphate. Menurut doktrin ini umat boleh saja di wilayah terpisah-pisah dengan negara-negara yang otonom, namunumat Islam tetap satu. 

Jamaluddin Al-Afgani pernah mengemukakan pendapat tentang Pan Islamisme (persaudaraan Islam) dimana umat Islam harus bersatu didalam Khalifah Islamiyah.

Selain itu juga Hasan Al-Banna lewat Ikhwanul Muslimin mencoba untuk menyatukan umat Islam lewat Ideologi pergerakan muslim di Mesir. Beliau mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Ukhuwah adalah terikatnya hati dan Rohani dengan ikatan Aqidah. 

Aqidah menurutnya adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya. Ukhuwah adalah saudara keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembar kekufuran.

Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan, tidak ada persatuan tanpa cinta kasih, minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain diatas kepentingan sendiri). Beliau mencoba membangun ukhuwah lewat kekuatan jama’ah, tidak memandang Assobiyah (perbedaan suku, ras, golongan), jika mereka satu aqidah mereka adalah saudara kita. 

Membangun Ukhuwah lewat sholat berjamaah di Masjid 

Persaudaraan itupun dapat dibangun lewat masjid sebagai simbol tempat berkumpulnya orang-orang muslim. Firman Allah dalam surat Attaubah ayat 18.

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

“Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah idalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At-Taubah : 18).

Selain itu dua hadits Nabi yang Artinya :

“Barang siapa yang mencintai masjid, maka Allah mencintainya” (H.R. Thabrani)

“Shalat Berjamaah lebih baik dari Shalat sendiri dengan selisih 27 Derajat” (Muttafaqun Alaihi).

Ada dimensi humanis yang ingin dikemukakan lewat ayat dan hadits yang mengajurkan kita shalat berjamaah di Masjid.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://www.merdeka.com/quran/at-taubah/ayat-18