PERAIRAN LAMPUNG SELATAN TERCEMAR ASPAL : Diduga Dari Kapal Dibuang Di Tengah Samudera
RADARTVNEWS.COM : Perairan laut Lampung Selatan tercemar aspal cair. Gumpalan hitam mirip aspal dengan bentuk semi padat berceceran di sepanjang garis pantai. Pencemaran jenis limbah kategori B3 atau bahan beracun dan berbahaya ini terpantau di sepanjang bibir pantai timur Pulau Sebesi, dan sejumlah kepulauan di wilayah Lamsel. Cairan semipadat warna hitam ini berbentuk gumpalan berukuran sedang juga mulai terpantau di garis pantai Kalianda, hingga Sebalang. Diduga cairan limbah yang membahayakan biota laut ini sengaja dibuang oleh kapal pengangkut dari tengah Samudera. Kemudian terbawa arus ombak hingga turut mencemari wilayah pantai. Sejumlah nelayan bersaksi, sebaran limbah aspal ini berlangsung sudah sejak satu pekan terakhir. Sejauh ini belum ada keterangan resmi dari Dinas Lingkungan Hidup Lampung Selatan dan DLH Provinsi Lampung. Dari laman llp.go.id, jenis pencemaran di perairan Lamsel ini lebih menyerupai Oil Spill atau tumpahan minyak merupakan salah satu kejadian pencemaran laut dapat diakibatkan dari hasil operasi kapal tanker (air ballast). Atau aktivitas perbaikan dan perawatan kapal (docking), terminal bongkar muat tengah laut, air bilga (saluran buangan air, minyak dan pelumas hasil proses mesin), scrapping kapal, dan yang banyak terjadi adalah kecelakaan/tabrakan kapal tanker. Dampak yang ditimbulkan sangat kompleks yakni lematian organisme laut. Untuk kasus oil spill di perairan terbuka, konsentrasi minyak di bawah slick biasanya sangat rendah, dan maksimum akan berada pada kisaran 0.1 ppm sehingga tidak menyebabkan kematian massal organisme terutama ikan-ikan. Permasalahannya, kebanyakan kasus tumpahan minyak ini terjadi di perairan pantai atau perairan dalam. Resiko kematian massal akan lebih besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun keramba serta jenis kerang-kerangan yang kemampuan migrasi untuk menghindari spill tersebut sangat rendah. Perubahan reproduksi dan tingkah laku organisme. Uji laboratorium menunjukkan bahwa reproduksi dan tingkah lau organisme ikan dan kerang-kerangan dipengaruhi oleh konsentrasi minyak di air. Banyak jenis udang dan kepiting membangun sistem penciuman yang tajam untuk mengarahkan banyak aktifitasnya, akibatnya eksposur terhadap bahan B3 menyebabkan udang dan kepiting mengalami gangguan di dalam tingkah lakunya seperti kemampuan mencari, memakan dan kawin. Dampak terhadap plankton, Limbah B3 ini akan berdampak langsung pada organisme khususya pada saat masih dalam fase telur dan larva. Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika spillage bertepatan dengan periode memijah (spawning) dan lokasi yang terkena dampak adalah daerah nursery ground. Akan lebih parah lagi ketika lokasi yang terkena oil spill ini merupakan daerah yang tertutup/semi tertutup seperti teluk yang tercemar. Dampak terhadap ikan migrasi, yakni ikan dapat menghindari bahan pencemar, namun uniknya ada beberapa jenis ikan yang bersifat territorial, artinya ikan tersebut harus kembali ke daerah asal untuk mencari makan dan berkembang ikan meskipun daerah asalnya telah terkontaminasi limbah B3. Bau lantung (tainting) dapat terjadi pada jenis ikan keramba dan tambang yang tidak memilki kemamuan bergerak menjauhi bahan pencemar minyak sehingga menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak pada jaringannya. Dampak pada kegiatan perikanan budidaya, Tumpahan minyak ini akan berdampak langsung pada kegiatan budidaya, bahan selain organisme yang akan terkena dampak, peralatan seperti jaring dan temali tidak dapa digunakan lagi. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuary, lamun, dan terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara ekologis. Masuknya limbah B3 pada perairan pesisir laut ini dapat mengganggu ekosisitem, karena wilayah pesisir tersebut merupaka daerah perkembangbiakan, penyedia habitat dan makanan untuk organisme dewasa bagi habitat lain di sekitarnya. (tim/coy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: