Tangisan dari Kunar, Pasca Gempa Korban Bertambah 1.411 Jiwa
Ilustrasi--ISTIMEWA
AFGHANISTAN, RADARTVNEWS.COM – Malam itu, Minggu pukul 23.47 waktu setempat, sebagian besar warga di Provinsi Kunar tengah terlelap dalam keheningan. Namun dalam sekejap, bumi berguncang hebat. Dalam hitungan detik, rumah-rumah runtuh, jalan-jalan retak, dan kehidupan berubah selamanya.
Gempa berkekuatan 6,0 skala Richter mengguncang wilayah timur Afghanistan, menjadikannya salah satu bencana paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. Hingga Selasa (2/9/2025), jumlah korban tewas telah mencapai 1.411 jiwa, menurut juru bicara pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid. Ribuan lainnya terluka, dan lebih dari 8.000 rumah dilaporkan hancur total.
“Ini seperti akhir dunia,” kata Obaidullah Stoman, 26 tahun, yang datang ke Desa Wadir untuk mencari temannya yang hilang. “Yang tersisa hanyalah puing-puing.”
Satu dari Tiga Gempa Besar Sejak 2021
Ini adalah gempa besar ketiga yang melanda Afghanistan sejak 2021—negara yang telah lama didera konflik, kemiskinan, dan minimnya infrastruktur.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pusat gempa terletak sekitar 27 kilometer timur laut Jalalabad dengan kedalaman 8 kilometer. Guncangan terasa luas dan merata, merobohkan rumah-rumah berbahan lumpur yang tidak kuat menahan amukan alam.
Kunar, provinsi yang paling parah terdampak, kini menjadi simbol dari duka nasional. Desa-desa yang dulunya ramai kini hanya tersisa kesunyian dan debu reruntuhan.
“Banyak korban yang masih tertimbun di bawah puing-puing,” kata Abdul Ghani, juru bicara pemerintah sementara di Kunar. “Kami terus menggali dengan harapan masih ada yang bisa diselamatkan.”
Bagi Akhlaq, remaja 14 tahun dari distrik Nurgal, malam itu akan selalu membekas. Ia berhasil keluar dari rumah yang runtuh. Namun lima anggota keluarganya tak seberuntung dirinya.
“Saya dengar suara ayah saya dari bawah reruntuhan. Saya gali dengan tangan saya sendiri sampai berhasil menariknya keluar,” katanya pelan. “Tapi saudara-saudara saya… mereka tidak sempat tertolong.”
Sementara itu, Indrika Ratwatte, Koordinator Kemanusiaan PBB di Afghanistan, menyebut tantangan terbesar saat ini adalah menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Tanah longsor, batu-batu besar, dan jalan rusak membuat tim penyelamat kesulitan menyalurkan bantuan dalam 24 jam pertama.
Dunia Mulai Merespons
Dukungan internasional mulai mengalir. Inggris telah mengalokasikan dana darurat sebesar £1 juta untuk mendukung operasi penyelamatan dan bantuan kesehatan melalui PBB dan Palang Merah.
“Tragedi ini sungguh memilukan,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, dalam pernyataan resminya. “Dana ini akan membantu menyelamatkan nyawa.”
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
