RARATVNEWS.COM - Di era digital seperti sekarang, membagikan screenshot percakapan dari aplikasi chat tanpa izin sering dianggap hal biasa. Namun tindakan ini bukan sekadar etika; bisa jadi menimbulkan konsekuensi hukum, bahkan dampak psikologis bagi pihak lain.
Risiko Privasi Screenshot chat bisa mengekspos detail pribadi—nama, lokasi, isi conversation pribadi—kepada orang yang tak berhak. Menurut eSafety Commissioner Australia, ketika seseorang membagikan tangkapan layar percakapan, konten tersebut bisa disebarluaskan tanpa persetujuan pengirim atau penerima, termasuk konten yang bersifat sensitif atau mencemarkan. Sanksi Hukum di Indonesia Dalam konteks Indonesia, penyebaran screenshot chat bisa melanggar beberapa ketentuan hukum:UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) Pasal 26 ayat (1): setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi harus dengan persetujuan pihak yang bersangkutan
BACA JUGA:Kebun Kurma Lombok Utara: Ikon Baru dan Potensi Ekonomi yang MenjanjikanEtika dan Keabsahan Bukti
Ada pula aspek etika yang harus dipertimbangkan. Sinta Dewi, pakar hukum siber dari Universitas Padjadjaran, menyarankan agar pengguna berhati-hati dalam membagikan screenshot chat yang bersifat pribadi karena dapat mencederai kepercayaan dan privasi orang lain. Di sisi bukti hukum, screenshot bisa menjadi alat bukti dalam perkara perdata maupun pidana—selama keaslian dan integritasnya dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian dari Sriwijaya University mengungkap bahwa screenshot dapat digunakan sebagai bukti dalam tindak pidana dunia maya asalkan diatur melalui UU ITE dan menggunakan mekanisme bukti yang sah.Dampak Sosial & Psikologis
Membagikan screenshot chat tanpa izin tidak hanya soal hukum. Bisa timbul perasaan malu, marah, bahkan stres dari pihak yang isinya direkam dan tersebar. Jurnal Hukum dari Udayana menyebut penyebaran screenshot pribadi di media sosial dapat mengakibatkan doxing, cyberbullying, atau pelanggaran data pribadi.
Tips Bijak Menggunakan Screenshot
-
Minta izin terlebih dahulu dari orang yang terlibat dalam percakapan.
-
Hindari menyebarkan konten sensitif seperti informasi pribadi, bermuatan konflik, atau yang dapat mempermalukan pihak lain.
-
Gunakan dengan konteks yang jelas, misalnya sebagai bukti, laporan, atau edukasi yang memiliki manfaat.
-
Jika memungkinkan, sembunyikan identitas pihak lain, misalnya nama atau foto, sebelum membagikan.