
RADARTVNEWS.COM - Perbedaan pandangan religi antara anak muda dan orang tua seringkali menjadi sumber dialog sekaligus potensi konflik dalam keluarga.
Fenomena ini bukan hal baru, melainkan bagian dari dinamika perkembangan sosial dan keagamaan yang terus berlangsung seiring perubahan zaman. Anak muda saat ini, terutama generasi Millennial dan Gen Z, cenderung memiliki cara beragama yang lebih fleksibel dan kontekstual dibandingkan orang tua mereka yang kerap memegang teguh tradisi dan aturan agama secara konservatif. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta menunjukkan bahwa meskipun tingkat religiositas anak muda di desa dan kota tidak jauh berbeda, cara mereka mengekspresikan keimanan lebih beragam dan tidak selalu mengikuti pola ritual yang ketat seperti generasi sebelumnya Perbedaan ini kerap menimbulkan ketegangan di dalam rumah. Orang tua yang menganggap penting pendidikan agama secara formal dan tradisional terkadang merasa khawatir ketika anak muda menunjukkan sikap kritis atau memilih praktik keagamaan yang berbeda. Sebaliknya, anak muda merasa perlu menyesuaikan agama dengan realitas sosial dan budaya mereka agar tetap relevan dan bermakna. Data penelitian juga menunjukkan bahwa remaja yang berasal dari keluarga dengan orang tua seagama cenderung memiliki tingkat religiusitas lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari orang tua beda agama, karena adanya konsistensi ajaran dan dukungan dalam keluarga. Namun, perbedaan ini tidak harus berujung pada konflik jika dibangun dalam dialog yang saling menghargai.BACA JUGA:Ta’aruf Versus Pacaran: Pilihan Bijak untuk Anak Muda yang Ingin Menikah Dalam Islam, dialog dan musyawarah sangat dianjurkan untuk menyelesaikan perbedaan. Allah SWT berfirman dalam QS. Ash-Shura ayat 38 : وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ Artinya "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (teguh) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka..." Ayat ini mengajarkan pentingnya komunikasi dan musyawarah dalam menghadapi perbedaan, termasuk dalam ranah keagamaan. Dengan sikap terbuka dan saling menghormati, perbedaan pandangan antara generasi muda dan orang tua dapat menjadi sumber kekayaan spiritual dan pemahaman yang lebih dalam, bukan justru menjadi pemicu perselisihan. Oleh karena itu, membangun dialog yang konstruktif dan penuh empati sangat diperlukan agar perbedaan pandangan religi tidak berubah menjadi konflik yang merusak keharmonisan keluarga. Anak muda dan orang tua sama-sama memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai agama sekaligus menyesuaikannya dengan perkembangan zaman demi terciptanya kehidupan beragama yang damai dan bermakna.