LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM -Attercopus fimbriungus adalah salah satu spesies hewan purba yang menarik dalam proses evolusi arakhnida. Hewan ini memiliki kemampuan yang unik dalam membuat sutra, mirip dengan laba-laba modern. Hidup sekitar 380 juta tahun lalu pada periode Devonian, Attercopus adalah salah satu laba-laba purba pertama yang diketahui memiliki kemampuan untuk membuat sutra, meskipun belum menggunakannya untuk membuat jaring seperti laba-laba saat ini. Penemuan fosil Attercopus di Amerika Utara membantu ilmuwan memahami lebih lanjut tentang evolusi laba-laba dan kemampuan mereka dalam membuat sutra dari nenek moyang arakhnida mereka.
A. Ciri-Ciri Fisik Attercopus
Attercopus memiliki tubuh bersegmen yang serupa dengan laba-laba modern, namun memiliki beberapa perbedaan penting. Salah satu perbedaan utamanya terletak pada bagian ekor. Attercopus memiliki struktur berupa "cambuk" atau flagelum di bagian ekor tubuhnya. Struktur ini bisa digunakan untuk sensorik atau membantu keseimbangan, meskipun fungsi-fungsi itu belum benar-benar dipahami. Attercopus memiliki ciri-ciri mirip laba-laba namun juga mempertahankan beberapa fitur dari nenek moyangnya. Misalnya, memiliki segmen tubuh tambahan yang tidak ada pada laba-laba modern.
Attercopus memiliki kelenjar penghasil sutra atau spigots, tapi bedanya dengan laba-laba modern, hewan ini belum dapat membuat jaring berpola untuk menangkap mangsa dengan sutra yang dipintalnya. Spigots ini diperkirakan berada di bagian bawah perut, dan sutra yang dihasilkan mungkin digunakan sebagai lapisan pelindung untuk sarang atau untuk melapisi tempat bertelur. Dengan kata lain, sutra Attercopus lebih digunakan sebagai alat bertahan hidup daripada sebagai alat berburu.
B. Habitat dan Gaya Hidup
Attercopus hidup di lingkungan hutan purba yang lembap pada periode Devonian, di mana ekosistem darat mulai terbentuk dan tanaman besar mulai berkembang. Hutan-hutan kuno ini memiliki banyak mangsa kecil, yang bisa dijadikan makanan bagi Attercopus. Fosil Attercopus yang ditemukan di sedimen daratan menunjukkan bahwa hewan tersebut lebih sering berada di darat daripada di air. Hewan ini mungkin merupakan predator kecil yang memakan serangga prasejarah dan makhluk kecil lainnya.
Sutra yang dihasilkan oleh Attercopus kemungkinan digunakan untuk membuat sarang atau melapisi celah tempat ia bersembunyi, memberikan perlindungan dari predator. Walaupun sutra ini belum dipakai untuk merajut, penggunaannya menandai langkah awal dalam evolusi fungsi sutra di antara arakhnida. Sutra juga dapat melindungi telurnya, menjaga kelangsungan hidup generasi berikutnya.
C. Peran Attercopus dalam Evolusi Laba- Laba
Peran Attercopus dalam evolusi laba-laba sangat signifikan karena kemampuannya dalam membuat sutra. Attercopus menunjukkan bahwa kemampuan membuat sutra sudah ada sejak dulu, tapi baru mulai digunakan secara luas seiring berjalannya waktu. Kemampuan laba-laba memintal jaring untuk menangkap mangsa baru muncul kemudian setelah evolusi lebih lanjut.
Fosil Attercopus menunjukkan bahwa laba-laba mengalami perubahan bertahap dalam bentuk tubuh dan kemampuan membuat sutra. Spigots atau kelenjar sutra pada Attercopus merupakan bukti awal dari struktur anatomi laba-laba yang dikenal saat ini. Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa Attercopus adalah nenek moyang dari laba-laba saat ini. Dari spesies ini, laba-laba belajar dan mengembangkan kemampuan untuk membuat jaring seperti yang kita lihat sekarang.
D. Kesimpulan
Attercopus fimbriungus merupakan contoh menarik dalam evolusi arakhnida. Attercopus memiliki kemampuan untuk membuat sutra tetapi tidak bisa memintal jaring laba-laba. Hal ini membuatnya berada pada posisi evolusi yang unik dalam dunia laba-laba. Fosil memberikan informasi penting tentang awal mula serta perkembangan kemampuan laba-laba dalam memproduksi sutra. Ini menjelaskan mengapa struktur ini menjadi kunci bagi kelangsungan hidup laba-laba modern. Attercopus merupakan jembatan evolusi antara arakhnida kuno dan laba-laba yang dikenal saat ini, menandakan awal dari proses adaptasi dan inovasi biologis yang panjang.