LAMPUNG, RADARTVNEWS.COM - Di antara tebing-tebing merah muda yang menjulang di gurun Yordania, tersembunyi sebuah kota kuno yang menakjubkan, yakni Petra sebuah kota yang dipahat langsung ke dalam batuan tebing yang menjulang hampir 2000 tahun yang lalu, Petra bukan hanya sekadar situs arkeologi biasa, melainkan sebuah bukti yang nyata tentang kejeniusan arsitektur dan peradaban bangsa Nabatea yang begitu sangat maju pada masanya.
Petra pertama kali dibangun pada sekitar abad ke-6 SM dan berkembang menjadi sebuah pusat perdagangan yang makmur di persimpangan jalur kafilah antara Laut Merah dan Laut Mati. Bangsa Nabatea, selaku pendiri kota ini, dengan cerdik memanfaatkan lokasi yang strategis dan kondisi alam untuk membangun sistem pengairan yang canggih, hal tersebut memungkinkan mereka bertahan hidup dan berkembang di tengah gurun yang gersang.
BACA JUGA:Gelap dalam Sejarah: Kota-kota Majapahit yang Hilang Tanpa Jejak
Pintu masuk gerbang menuju Petra adalah sebuah celah yang sempit di antara tebing yang disebut Al-Siq. Berjalan melalui lorong alami sepanjang lebih dari satu kilometer ini, pengunjung akan disambut dengan pemandangan yang tak terlupakan, yaitu Al-Khazneh atau "Perbendaharaan", yakni fasad megah setinggi 40 meter yang terpahat dengan detail mengagumkan di dinding batu. Dibangun sebagai makam raja, struktur ini menjadi ikon yang paling terkenal dari Petra dan telah memikat jutaan wisatawan dari seluruh dunia.
Namun, Al-Khazneh hanyalah pembuka dari keajaiban yang lebih besar. Di baliknya, tersebar ratusan bangunan, kuil, makam, dan amfiteater yang dipahat ke dalam bebatuan. Jalan-jalan kolonade Romawi yang terpelihara dengan baik membentang di sepanjang lembah, menghubungkan berbagai bagian kota. Royal Tombs atau Makam Raja-raja menghadirkan deretan fasad megah yang menunjukkan kecanggihan arsitektur Nabatea, sementara Monastery atau "Biara" yang terletak di puncak 800 anak tangga memberikan pemandangan spektakuler ke seluruh kawasan.