Marak Geng di Kalangan Remaja, Ini Komentar Psikolog

Senin 19-02-2024,21:27 WIB
Reporter : Ardi Joe
Editor : Jefri Ardi

Salah satu artis yang terseret melibatkan anaknya dalam GT tersebut yakni Vincent. Meski demikian Vincent belum mau berkomentar terkait hal tersebut.

Menanggapi persoalan geng dikalangan Pelajar dan Remaja, Psikolog Dewi Lutfianawati menyebutkan bila geng merupakan sekumpulan orang yang mempunyai kesamaan dalam hobi, latar belakang, visi misi/tujuan.

Hanya saja geng kadang dimaknai dengan perilaku negatif, karena ada perilaku-perilaku yang ditunjukkan dengan hal-hal negatif.

Meski demikian Dewi menyebut jika sebenernya tidak semua geng mengarah kepada hal Negatif

“Gak semua geng seperti itu (hal negatif), “ ujar Dewi.

Lebih lanjut Dewi mengatakan bila geng di kalangan siswa atau pelajar lebih kepada upaya remaja mencari jati diri dan pengakuan dari lingkungan sekitar. Dimana hal itu yang membuat remaja ingin mengikuti perilaku teman-temanya. 

“Kalo bicara tentang siswa, kita lihat dari teori perkembangan, mereka termasuk dalam fase remaja,.pencarian jati diri dan hal terpenting adalah pengakuan teman sebaya, hal ini dikaitkan dengan konformitas. Otoritas dan pengakuan teman sebaya lebih menarik”penting” dari pada keluarga atau orang tua sebagai ciri khas remaja,” jelas Dewi.

Sementara kaitannya dengan perpeloncoan atau perundungan dari senior kepada junior di gengnya sebagai bentuk permintaan pengakuan dari lingkungan.

“Nah kaitan dengan perploncoan atau bahasa lainnya bullying biasanya identik dengan yang dilakukan senior kejunior, atau dilakukan yang punya kekuatan kepada yang lebih lemah. hal ini bisa saja ditujukan untuk minta “pengakuan” dari lingkungan, mereka ingin menunjukkan kehebatan, salah satunya dengan ditakuti olah orang lain, biasanya ada pentolan gengnya, biasanya ini yang menginisiasi perilaku-perilaku tersebut “ ungkap Dewi. 

Lebih jauh Psikolog Universitas Malahayati ini mengatakan bila faktor lain yang mempengaruhi  bisa jadi dari keluarga, kurangnya komunikasi positif dengan keluarga, gangguang emosi, gangguang neurobiologis serta tidak adanya empati.

“Kurangnya komunikasi positif dengan keluarga, gangguang emosi, gangguang neurobiologis, tidak adanya empati. Hal-hal ini juga yang membuat anak-anak tega melakukan kekerasan pada orang lain, yaitu dengan membuly baik secara verbal, psikologis, dan fisik, “ Pungkas Dewi. (*)

Kategori :