RADARTV - Selama ini, mayoritas masyarakat Provinsi Lampung hanya tahu jikalau di Kota Bandar Lampung memiliki fly over (jembatan layang) terbanyak. Sangat jarang yang tahu, jikalau cikal bakal pembangunan fly over perdana di Provinsi Lampung justru bukan di Bandar Lampung.
Fly over pertama justru ada di Kabupaten Lampung Utara. Dibangun sekitar tahun 1989 - 1990, melintasi rel kereta api. Memiliki dimensi panjang sekitar 300 sampai dengan 400 meter dan lebar sekira 6 - 8 meter.
Artinya fly over ini jauh lebih lama ada di bandingkan jembatan layang di Kota Bandar Lampung yang dibangung di masa kepemimpinan Wali Kota Herman HN selama dua periode 2010 - 2015 lanjut 2016 - 2021.
Keberadaan fly over ini sangat vital untuk melancarkan arus lalu lintas di jalan lintas tengah jalan lintas sumatra (Jalinteng Jalinsum). Dahulu, jalinteng merupakan jalur primadona bagi kendaraan trans Sumatra.
BACA JUGA:Berapa Kali Kecelakaan Kereta Api Vs Kereta Api Di Lampung? Ini Daftar Lengkapnya
Jalinteng relatif masih lebih baik jikalau dibandingkan dengan jalan lintas timur (sebelum ada jalan tol trans Sumatra) yang membentang mulai Simpang Terbanggi Besar, Menggala, Unit 2, Simpang Pematang dan Kayu Agung.
Apalagi jikalau dibandingkan dengan rute jalan lintas barat (Jalinbar) yakni Bandar Lampung, Gedung Tataan, Pringsewu, Kota Agung, Krui dan Bengkulu. Selain akses jalan yang sempit dan banyak kerusakan, di masa itu masih banyak terjadi insiden bencana alam seperti tanah longsor, dan banjir.
Kisah Mengenaskan Di Balik Pembangunan Fly Over Blambangan Pagar
Terdapat kisah pilu nan mengenaskan di balik pembangunan jembatan layang (d/h) di Desa Blambangan Pagar, Kabupaten Lampung Utara. Bukan karena alasan mengurai kemacetan akibat banyaknya jumlah mobil seperti yang dilakukan di Kota Bandar Lampung.
Alasan utamanya adalah karena untuk mencegah dan menghindari peristiwa tragis yang pernah terjadi di perlintasan kereta api yang membelah jalan nasional tersebut.
Insiden tragis itu terjadi sekira periode tahun 1989 hingga 1990. Di era sebelum 90-an, di Provinsi Lampung ada dua perlintasan kereta api aktif yang membelah jalan nasional. Pertama di ruas jalinsum Blambangan Pagar dan kedua di ruas jalinsum tak jauh dari Pasar Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
Ciri khas fly over keduanya yang paling menyolok adalah tidak adanya batas atau median jalan. Kemudian seperti tak terawat, tanpa cat dibiarkan saja sesuai warna asli beton coklah ke abu - abuan. Tidak ada pengecetan dan lukisan ornamen tertentu seperti kebanyakan jembatan layang di Bandar Lampung.
Keduanya masih dijaga secara konvensional. Ada gardu atau rumah monyet kecil di tepi jalan antara pertemuan jalan raya dan rel kereta api. Biasanya sebelum ada kereta melintas, petugas akan menutup pintu perlintasan.
BACA JUGA:Sepanjang 2023 Di Lampung Sudah 27 Kasus Kecelakaan Kereta