RADARTV – Selama ini biang kerok kualitas hasil pekerjaan fisik infrastuktur di Indonesia dan Lampung yang buruk, banyak digerogoti “tikus – tikus”. Mulai dari setor kepada pejabat, penguranganan volume karena kontraktor ingin untung besar, hingga jatah preman kepada oknum – oknum baik APH, LSM dan media.
Namun, jika dikerjakan dengan transparansi baik tanpa memikirkan keuntungan pribadi. Hasil pekerjaan mampu meraih hasil maksimal dengan biaya tentunya bisa ditekan. Semuanya dengan catatan, diawasi dan dikerjakan secara profesional.
Seperti hasil pembangunan fisik dana desa (DD) di Kampung Umpu Kencana, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan melalui program Cash For Work atau Padat Karya Tunai Tahun 2023.
Konsep program ini melibatkan masyarakat untuk pengerjaan pembangunan jalan rabat beton sesuai kriteria dan usulan warga Dusun 4. Jikalau selama ini ada proyek di suatu daerah, namun pekerjanya dapat dipastikan berasal dari luar yakni bawaan kontraktor. Namun dalam program padat karya ini melibatkan penduduk lokal setempat.
”Tujuannya jelas, warga dilibatkan dari proses perencanaan hingga pengerjaan. Warga yang bekerja diberi upah sesuai ketentuan. Tujuannya selain meningkatkan kemandirian, juga menambah kesejahteraan karena upah diberikan untuk warga setempat dan dibelanjakan di kampung setempat pula,” kata Kepala Kampung Umpu Kencana Edi Supratman kepada Radar TV akhir pekan ini.
Konsep cash for work merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat kampung/ desa, khususnya warga miskin dan marginal bersifat produktif dengan mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi lokal untuk memberikan tambahan upah/ pendapatan, meningkatkan daya beli, mengurangi kemiskinan, dan sekaligus mendukung penurunan angka stunting.
Edy Supratman menjelaskan dengan skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan Dana Desa diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan honorarium (upah) langsung tunai kepada tenaga kerja setempat yang terlibat.
”Upah diberikan secara harian maupun mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Dijelaskanya kegiatan padat karya merupakan salah satu usaha bersama dalam mempercepat peningkatan kualitas perekonomian. Selama ini, banyak kepala kampung tak memikirkan masalah perekonomian di daerahnya masing – masing.
Hasilnya adalah dengan DD sekitar Rp50.792.000, mampu menghasilkan pembangunan jalan rabat beton dengan panjang 173 meter, lebar 3 meter dan tinggi 20 centimeter.
Dana sebesar itu sudah memenuhi semua kebutuhan pekerjaan. Mulai upah padat karya untuk masyarakat setempat, pembelian bahan baku beruppa batu 68 kubik, pasir 34 kubik dan 307 sak semen. Dengan rasio adukan 1 pasir 2 batu dan 3 semen.
Proses pembangunan padat karya tidak lepas dari pengawasan Kepala Kampung, media dan Ormas LMPI sebagai wakil dari kontrol sosial agar capaian pekerjaan pun dapat maksimal. Tentunya ini untuk memenuhi keterbukaan informasi publik.
”Kami melihat program padat karya dapat terlaksana dengan baik melalui pembinaan, pengawasan dan pengendalian berupa monitoring dan evaluasi secara berjenjang sehingga pengelolaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan berlaku,” jelasnya lagi.
Disebutkan nawacita program DD tersebut selain dapat lebih bermanfaat juga jauh lebih efesien dalam penggunaan anggran jika dibandingkan dengan proggram pembangunan yang dikucurkan oleh pemerintah daerah dengan jenis bangunan sama dan volume yang sama.