Sejak kecil pula dia satu-satunya anak yang mendapat pendidikan langsung dari penfiri Hamas yang melegenda yakni, Syekh Ahmad Yassin, Al Rantisi dan Abu Shaneb.
Syekh Ahmad Yassin adalah pendiri Hamas pasca meletusnya intifada pada 8 Desember 1987. Meski mengalami disabilitas, namun Syeikh Ahmad Yassin memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pengikutnya.
Pada 22 Maret 2004, penjahat perang Israel akhirnya memutuskan untuk menghabisinya. Saat sedang menjalankan salat subuh, Syekh Yasin diserang dengan misil dari helikopter Israel. Serangan itu langsung merenggut nyawa Syekh Ahmad Yassin dan orang-orang yang sedang menjalankan salat berjamaah bersamanya.
BACA JUGA:Palestina, dari Semangka Hingga Buzzer Zionis
Selama menderita kelumpuhan dan penglihatan yang kabur, Syekh Yassin mampu mengobarkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Palestina untuk selalu menjaga Masjidil Aqsa.
Itulah yang membuat Abu Ubaidah belajar dengannya. Sama dengan para mujahid lainnya, setiap muncul Abu Ubaidah selalu memakai keffiyyeh mengikuti pendiri Brigade Izzuddin Al Qassam, Imad Al Aqil, yang dibunuh penjajah Israel tahun 1993.
Setelah gugurnya Imad Al Aqil, Abu Ubaidah ditunjuk sebagai Pemimpin sayap militer Hamas tersebut pada tahun 2005, setelah Israel menarik pasukannya dari Palestina.
Sosok ini terkenal dengan operasi militer yang menewaskan dua tentara Israel, melukai dua orang, dan berujung pada penangkapan Gilad Shalit.