RADARTV : Malang nian nasib warga Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung ini mendapat dua kali duka. Pertama telah kehilangan nyawa putranya Erik Putra Sitompil akibat kecelakaan lalu lintas di Provinsi Bali.
Kedua, warga miskin ini tak mampu membayarkan uang tebusan sebesar Rp28 juta, sebagai biaya pengobatan, pengurusan jenazah dan ongkos transportasi ambulan jenazah dari Bali menuju Lampung.
Pria separuh baya ini tak kuasa menahan tangis, saat ditanya mengapa jenazah putra warganya tak kunjung tiba di rumah. Jasad putra tetangganya, Erik masih tertahan di sebuah rumah sakit di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Korban masih berusia 17 tahun dikenal sebagai orang baik di kampungnya. Selama ini, Erik Irawan dikenal sebagai guru mengaji anak-anak.
”Dia (korban) merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan. Lalu punya niat setelah dapat modal, dia akan masuk pondok pesantren,” ujar Margono, tokoh masyarakat setempat.
Sebelumnya, orang yang mengabarkan jika putranya terlibat kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani perawatan di rumah sakit setempat. Tidak lama, disampaikan kabar duka, jika nyawa putranya tak tertolong.
Korban Sudah Transfer Rp5 Juta
Trisnawati, kakak ipar korban mengatakan Erik merantau ke Bali dengan tujuan mencari pekerjaan, mengumpulkan uang untuk biaya melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren.
Dirinya merasa kaget setelah mendapatkan telpon dari orang tak dikenal mengaku petugas RSUD Tabanan, Bali. Orang itu mengabarkan jikalau Erik Irawan Sitompul mengalami kecelakaan lalu linta pada Senin 23 Oktober 2023.
”Dapat informasi korban Erik meninggal hari Selasa sekira pukul 12.00 WIB,” kata Trisnawati.
Disebutkan orang itu, sebelum jasad bisa diantarkan ke Lampung, Pihak keluarga harus membayar uang Rp28 juta rupiah, sebagai biaya perawatan, pengobatan, pemulasaran dan pengangkutan jenazah.
”Kami sudah transfer uang sebeesar Rp 5,1 juta dan orang itu minta tambahan lagi,” jelasnya.
Sujari, Kepala Dusun 3 Desa Bangun Jaya mengatakan atas inisiatif keluarga dan warga, maka dilakukanlah penggalangan dana dan sudah terkumpul uang Rp9,5. Artinya masih terdapat kekurangan sebesar 14 juta rupiah.
Orang dimaksud, awalnya meminta uang Rp5 juta melalui transfer dan sudah dipenuhi oleh Margono. Namun belakangan, orang itu meminta lagi uang sebesar 28 juta rupiah, untuk pembayaran biaya perawatan, ongkos pemulasaran jenazah dan biaya transportasi ambulan dari Bali menuju rumah korban di Desa Bangun Jaya, Tanjung Raya, Mesuji.
Padahal dari sisi ekonomi, orang tua Erik Irawan Sitompul masuk kategori miskin atau prasejahtera. Rumahnya dominan berbahan kayu, dan dinding geribik. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-haripun teramat sulit.
Pekerjaannya sehari-hari hanya serabutan. Yang membuat Margono sedih karena Almarhum Erik Irawan Sitompul baik dengan warga sekitar. Ia juga dikenal sebagai guru mengaji di TPA setempat.