MENGIKUTI perkembangan kasus dugaan pengingkaran penggunaan mesin perekam transaksi (tapping box) oleh managemen Bakso Son HajiSony, sebagai upaya mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak restoran Pemkot Bandar Lampung sangat menarik. Seperti kisah menyusun mozaik. Sulitnya menemukan dan menempel kembali kepingan kepingan gambar, yang hilang atau memang disembunyikan. Namun jika semua frame gambar sudah didapat, baru akan diketahui bagian mana yang hilang dan perlu diungkap. Oleh Hendarto Setiawan Sekian lama berpolemik penggunaan tapping box hingga dugaan pengemplangan pajak restoran. Son HajiSony, pemilik Bakso Sony Grup bersama sejumlah lawyer akhirnya muncul ke publik. Kepada awak media, dia bertuturkisah terkait di-lockdown semua gerai Bakso Sony oleh Pemkot Bandar Lampung. Hitung hitung, ini sebagai hak jawab narasumber. Sedari dulu, baik owner dan managemen pihak Bakso Sony ini terkenal sebagai sosok yang selalu menghindari awak media. Sangat sulit ditembus, entah apa alasannya. Kita ambil positifnya, mungkin terlalu sibuk mengurus bisnis dengan omset miliaran rupiah perbulan. LEGENDA & IKON KULINER LAMPUNG Soal rasa. Bakso dan Mie Ayam Son HajiSony patut diberi bintang lima, atau setara jempol telu. Istilah anak sekarang rasa Bakso Sony itu 1345678910 atau memang tidak ada duanya. Sebuah padanan kata, jika pentol daging sapi yang usahanya dirintis sejak pertengahan tahun 90-an ini seng ada lawan. Siapa sih, pelaku usaha sejenis di Bandar Lampung yang punya gerai belasan itu? Belum lagi cabang lain di kabupaten/ kota di Bandar Lampung. Masih ada juga cabang di kota - kota besar di luar Sai Bumi Ruwa Jurai. Jumlahnya puluhan. Faktanya, gerai bakso Sony tumbuh pesat. Di tanah kelahirannya, Bakso Sony memiliki 18 gerai. Berada di wilayah srategis, jalan protokol, pasar besar, utama dan kawasan strategis permukiman kelas menengah. Konsep pemilihan lokasi dan desain melalui sebuah survei matang sang pebisnis legendaris. Bahkan desain interior terkesan wah dibanding usaha sejenis. Sejumlah usaha mengikuti artistik milenial. Bakso Sony memiliki konsumen setia nanloyal. Khusus bagi pelancong atau warga perantau dari nunjauh disana. Ada sesuatu yang hilang, jika singgah di Bandar Lampung tak menikmati Bakso Sony. Rasa itu yang utama. Mengalahkan pelayanan yang diberikan seadanya karena seluruh pegawai super sibuk. Mengalahkan kenyamanan. Meski harus jauh parkir dan antre panjang menanti order dan bangku kosong. Jikalau sudah begini, semangkuk meet ball yang rasanya konsisten sedari awal berdiri ini dibanderol berapa saja, pasti dibeli. Ya, pasti dibeli. Cita rasa pentol ini memiliki karakter khas, kenyal-nya pas. Sebuah kombinasi komposisi yang pas antara daging pilihan, resep warisan, dan tangan terampil sipengolahnya. ANGKA YANG HILANG Atau kisah sebaliknya, Bakso Sony memang 1345678910. Benar benar tidak ada duanya. Sebuah susunan bilangan yang tak lengkap. Ada angka hilang atau sengaja disembunyikan. Ini bicara sebuah perilaku bisnis yang harus dijunjung tinggi. Yakni kejujuran, transparansi dan menjunjung tinggi amanah. Ditelisik, program penggunaan tapping box ini merupakan cita cita mulia untuk mencegah potential loss PAD sektor pajak restoran dan pajak hiburan. Sebagai kota besar, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan supervisi kepada Pemkot Bandar Lampung agar semua tempat usaha potensial memasang alat perekam transaksi. Ingat. Pajak restoran sebesar 10 persen dibebankan kepada konsumen. Artinya murni uang pembeli bukan uang pemilik tempat usaha. Ini yang harus digarisbawahi. Tidak ada alasan untuk menahan atau memanfaatkan untuk kepentingan lain. Cara kerja tapping box sederhana. Kasir tinggal menginput informasi setiap transaksi. Lalu munculah nilai rekapitulasi total transaksi. Jangan sekali kali mengotak atik alat ini atau bahkan sengaja mencabut. Maka raiblah nilai transaksi. Runtuhlah sebuah nilai kejujuran. Bahkan mencabutnya meski cuma satu jam. TUNTKASKAN SETUNTAS TUNTASNYA Total ada 18 gerai di-lockdown. Di awal konflik, pemkot hanya mentutup 6 gerai. Dengan peringatan menutup 12 menyusul, dengan catatan jika Bakso Sony tetap tak kooperatif. Ketegasan Pemkot Bandar Lampung diuji. Hasilnya, Senin 20 September 2021 menjadi hari perpisahan bagi penikmat kuliner dengan gerai bakso nanlegendaris ini. Keputusan pemkot menutup semua gerai ini merupakan buah sebab akibat. Sederhananya, ada asap tentu ada api. Konferensi pers justeru tidak menyentuh masalah inti. Muncul anasir jika Bakso Sony sepertinya sedang "dizholimi". Dalihnya, masa pandemi Covid-19 ini omset sedang menurun, belum lagi penutupan ini membuat sengsara ratusan karyawan dan ribuan orang keluarga yang harus ditanggung. Jangan sampai kasus ini menjadi bola liar. Menggelinding kesana kemari, tak tentu arah. Mengapa, owner Bakso Sony tidak mengajak BPPRD Pemkot Bandar Lampung perang data? Adu kejujuran, sederhana toh? Berapa nilai pajak yang sudah disetorkan? Apakah sudah berdasarkan tapping box real? PINTU MASUK TRANSPARANSI Tak masalah, jika Bakso Sony membawa masalah ini ke ranah hukum. Jika muaranya adalah masuk dalam ranah tranparansi publik. Masalahnya, mengapa sudah diduga salah tapi tetap merasa benar? Pasti owner Bakso Sony tak mau gegabah. Ada big something atau semacam kartu truf yang dipegangnya. Tak mungkin, pengusaha besar rela mengambil keputusan besar melawan aturan. Ini seperti sudah menyentuh nilai nilai prinsipal. Ini yang harus dibongkar. Baik oleh managemen Bakso Sony atau Pemkot Bandar Lampung. Agar tidak ada dusta diantara kita. Mudah bagi owner untuk tetap mendapatkan margin keuntungan yang dikehendaki. Tinggal menaikan harga, dan tentunya pajak konsumen tetap harus disetorkan. Kecuali sang pemilik menghendaki keuntungan sebesar besarnya. Paragraf ini adalah anomali dari pernyataan pemilik usaha yang mengatakan usahanya babak belur di masa pandemi. Toh tetap ada pembeli dan tentunya pajak restoran yang include dibayarkan. Untuk menguji kejujuran, manajemen Bakso Sony harus berani buka bukaan. Tapi buka bukaan yang jujur dan pakai data tapping box. Jangan bilang pokoknya, katanya, atau sepertinya. Sebelumnya, Kepala BPPRD Bandar Lampung, Yanwardi menyebut, potensi pajak yang harus dibayar Bakso Son Haji Sony mencapai Rp 400 juta perbulan. Namun yang dibayarkan hanya Rp 150 juta perbulan. Sehingga, Pemkot Bandar Lampung dirugikan hingga Rp 250 juta perbulan. Ingat menjaga nama baik harus dengan integritas baik dan kejujuran. Bakso Sony memang 13456789 (tidak ada 2 -nya) karena rasanya. Bukan tidak ada 2, karena angkanya hilang sengaja disembunyikan. (*)
Bakso Sony Memang 1345678910 (Tak Ada 2-Nya)
Kamis 23-09-2021,16:49 WIB
Editor : redaksirltv
Kategori :