Belum Ada Paus Baru, Konklaf Hari Kedua Digelar. Ini Perkiraan Munculnya Asap Penentu

Belum Ada Paus Baru, Konklaf Hari Kedua Digelar. Ini Perkiraan Munculnya Asap Penentu

Hari pertama konklaf menghasilkan asap hitam, yang berarti belum ada Paus yang terpilih--

RADARTVNEWS.COM — Proses pemilihan Paus ke-267 terus berlanjut di Kapel Sistina, Vatikan. Hingga Rabu malam, 7 Mei 2025, asap hitam masih mengepul dari cerobong, menandakan bahwa belum ada kesepakatan di antara para kardinal dalam pemungutan suara pertama untuk memilih pengganti Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu.

Sebanyak 133 kardinal pemilih dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan dalam konklaf tertutup yang digelar di Kapel Sistina, tempat yang terkenal dengan lukisan karya Michelangelo. Proses ini mengikuti tradisi yang sudah berjalan selama berabad-abad. 

Untuk dapat memilih seorang paus, dibutuhkan suara mayoritas dua pertiga dari seluruh kardinal pemilih. Dalam sehari, para kardinal dapat melakukan hingga empat kali pemungutan suara, namun asap yang menandakan hasilnya hanya dikeluarkan dua kali—pada pagi dan sore hari.

Hari ini, Kamis 8 Mei 2025, konklaf dilanjutkan dengan jadwal dua sesi pemungutan suara: pagi dan sore. Jika pada sesi pagi langsung ditemukan paus baru, asap putih diperkirakan akan terlihat sekitar pukul 10.30 waktu Roma (15.30 WIB). Namun, jika belum ada hasil, maka asap sore hari akan terlihat antara pukul 17.30 dan 19.00 waktu Roma, tergantung hasil suara.

Asap yang keluar dari cerobong berasal dari pembakaran surat suara yang dicampur bahan kimia. Jika berwarna hitam, itu berarti belum ada paus yang terpilih; sementara asap putih menjadi tanda bahwa umat Katolik di seluruh dunia telah memiliki pemimpin baru. 

Selain asap, pengumuman resmi juga akan disampaikan lewat lonceng yang berdentang dan seruan "Habemus Papam!" dari balkon Basilika Santo Petrus.

Menariknya, di tengah proses konklaf, warga Roma sempat dibuat bingung oleh kemunculan asap merah muda di langit. Setelah ditelusuri, asap tersebut berasal dari smoke bomb yang dinyalakan oleh sekelompok aktivis perempuan sebagai bentuk protes. 

Mereka menuntut agar perempuan diberi hak untuk ditahbiskan dalam Gereja Katolik. Aksi ini tidak terkait langsung dengan proses konklaf, namun menyoroti tuntutan pembaruan dalam tubuh gereja.

Salah satu dari 133 kardinal pemilih adalah Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, yang menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Menurut Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta, Romo Adi Prasojo, para kardinal berharap paus baru nanti memiliki sifat terbuka seperti mendiang Paus Fransiskus. 

“Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang berpihak kepada orang miskin dan dekat dengan umat. 

Banyak yang merindukan sosok yang kebapaan, yang bisa menjadi figur pemersatu bagi semua, terlepas dari agama dan negara,” ujar Romo Adi.

Konklaf yang dilangsungkan di Kapel Sistina ini melanjutkan tradisi pemilihan paus yang sudah dimulai sejak tahun 1492. Meskipun dalam sejarahnya pemilihan paus pernah memakan waktu sangat lama, proses modern biasanya berjalan lebih cepat. 

Misalnya, pada 2013, Paus Fransiskus terpilih hanya dalam dua hari setelah lima kali pemungutan suara.

Kini, umat Katolik di seluruh dunia menanti kepulan asap putih sebagai tanda bahwa Paus baru telah terpilih—sosok yang diharapkan bisa membawa Gereja Katolik semakin terbuka dan menyatu dengan umat manusia di zaman ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: