JAMUR SAWAH : Pasar Kreatif Usung Semangat Bhinneka, Merdekakan Ekonomi Warga Saat Badai Pandemi Covid-19
DIBUTUHKAN kesatuan pemahaman, kebulatan tekad, kesadaran massal, dan gerak bersama mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Semua gelora harus berdiri di atas satu kepentingan. Tak ada lagi sekat pembatas ras, agama, suku, bangsa, dan golongan tertentu. Inilah semangat Bhinneka Tunggal Ika yang diusung oleh Suwarni. Bagaimana sumbangsih perempuan tangguh ini mengatasi dan memerdekaan masalah ekonomi keluarga di masa sulit badai Covid-19 ? Berikut laporannya. Yoyok Wahyudianto - Kota Metro, Provinsi Lampung Laju sepeda motor itu terhenti, tepat di tengah hamparan areal persawahan, pada suatu pagi di awal bulan Februari 2021. Jalan ini adalah salah satu ruas jalan di RW 01 Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, Provinsi Lampung, Deru mesin mati bersamaan dengan diputarnya kunci kontak ke arah kiri. Usai menepikan dan memarkirkan motor jenis matik. Perempuan paruh baya itu mulai berjalan, mengamati secara seksama kondisi dan suasana alam. Sunyi jalan, kesibukan dan senyum akrab para petani, gemericik air, cicit gerombolan burung pipit, dan pijar matahari pagi kaya vitamin D terasa hangat dikulitnya. Semakin menyempurnakan keindahan panorama hamparan rimbun tanaman padi, yang lebih mirip gelombang permadani hijau, naik turun diterpa angin. Keindahaan panorama dan potensi ini berkecamuk bersama ragam problem ekonomi keluarga, khas keluhan ibu rumah tangga sekitar rumahnya. Mayoritas warga di RW 01 ini adalah petani. Mereka hanya mengandalkan panen, tiga kali dalam satu tahun. Badai pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19, juga merupakan pukulan telak sektor ekonomi. Jamur Sawah : Untuk Semua Gagasan bernas muncul. Kepala sekolah dasar di Kota Metro ini menyampaikan ide berupa pembentukan pasar kreatif kepada pamong dan tokoh masyarakat. Gayungpun bersambut. ”Awalnya, di masa pandemi Covid-19 ini, kita banyak di rumah. Saya sangat prihatin, melihat kondisi lingkungan seperti di karantina,” ujar Suwarni mengisahkan kelahiran Jamur Sawah. Diputuskan konsep pembentukan pasar kreatif kuliner berlebel Jamur Sawah atau Jajanan Murah Di Pinggir Sawah. Tak lagi bicara, ras, agama, dan suku. Semua demi kepentingan bersama. Agar masyarakat bisa bertahan hidup, lebih lebih mampu menopang ekonomi keluarga. ”Kami dorong semua warga, untuk dagang di Pasar Jamur Sawah,” sambungnya antusias. Surono, Ketua Rukun Warga 01 menyatakan tidak hanya menyuguhkan makanan dan minuman dengan rasa enak, namun juga akrab di dompet. Jamur Sawah didesain sedap dipandang mata dan instagramable. Maka semua pedagang diberi modal payung pelangi, celemek dan tentunya topi caping. ”Karena masih pandemi Covid, kita tetap mengedepankan protokol kesehatan. Intinya, warga tetap bisa bertahan hidup dengan ekonomi mandiri, namun juga tetap sehat selalu,” tegas Surono. Kemerdekaan Masa Kini : Bebas Covid-19, Ekonomi Maju Cerita duka terpuruknya ekonomi keluarga.Seperti kisah gali lobang tutup lobang, rumah tangga nyaris berantakan akibat keributan antar suami dan istri karena penghasilan menurun, hingga jerit kelaparan anak anak. Setidaknya secara mandiri oleh warga bisa diatasi. ”Biasanya di rumah gak ada kerjaan. Akhir pekan, kami sudah bisa berdagang. Hasilnya, bisa nyambung ekonomi keluarga,” kata Vika Rancasasi, pedagang Jamur Sawah. Menurutnya inilah kemerdekaan hakiki dari para pejuang masa kini. Bukan mengangkat senjata dan baku tembak. Tapi sebuah suguhan solusi dari permasalahan negeri nanpelik. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: