Menikmati Indah Pelangi Usaha Ultra Mikro Pasar Kreatif Metro
Jika hujan adalah kesulitan dan matahari adalah kebahagian maka kita membutuhkan keduanya untuk menikmati indahnya pelangi. Kutipan ini tepat menggambarkan kebangkitan usaha ultramikro di Provinsi Lampung, yang justeru perlahan tumbuh di tengah badai pandemi coronavirus disease (covid-19) menerpa belahan penjuru dunia. Mayoritas sektor usaha terpukul, pandemi telah mengubah tatanan dunia usaha. Namun, di tangan-tangan kreatif, pelaku usaha Ultra Mikro di Provinsi Lampung justru tumbuh. Potensi besar ini adalah peluang bagi PT Pegadaian (Persero) untuk membentuk dan mengembangkan ekosistem ultramikro (UMi). Sebagai upaya untuk menguatkan bisnis pelaku usaha Umi dan UMKM agar naik kelas dan tentunya tumbuh besar. Bagaimana potensi itu benar benar nyata? Mari kita ikuti liputanya. Hendarto Setiawan – Radar Lampung TV METRO : Tangan renta ini, adalah tangan kaya pengalaman hidup. Melintasi ragam rezim pemerintahan dari Presiden Soeharto hingga Joko Widodo. Terampil nan cekatan, saat melayani para pembeli jajanan tradisional di zaman milenial, di salah satu lapak Pasar Kreatif Tejo Agung, atau Pak Tejo, Kota Metro pada Ahad 21 Maret 2021. Mengemas cenil kombinasi warna merah putih dalam wadah mika, menaburinya dengan cairan gula aren sebagai pemanis dan toping khas berupa parutan kelapa pilihan, muda tidak tuapun tidak.. Tangan perkasa inilah yang melewati masa masa sulit krisis ekonomi yang telah mewarisi resep turun menurun dari sang ibu. Tangan dengan guratan urat yang nyata berbalut tipis kulit warna cokelat gelap ini adalah milik Sutakinah. Perempuan usia 65 tahun ini adalah salah satu pelaku usaha ultramikro di Pasar Kreatif Tejo Agung, Kota Metro, Provinsi Lampung. Mengenakan balutan kebaya dan hijab, tetap mengedepankan protokol kesehatan. Mengenakan sarung tangan, face shield atau pelindung wajah dan tentunya meminta setiap pembeli yang datang tetap menjaga jarak. Saban Hari Sabtu dan Ahad, selain cenil, jajanan tradisionalnya seperti klepon dan tapai selalu sold out. Makanan tradisional ini masih cocok di era milineal. Menjadi salah satu primadona pelanggan yang tak hanya datang dari kelurahan itu saja. ”Mulai dagang sejak pukul 6 pagi. Biasanya jam 9 sudah habis,” kata Sutakinah mengawali perkenalan seraya mengembangkan senyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: