BANNER HEADER DISWAY HD

Makanan di Pesawat Terasa Lebih Asin Ketika Dimakan di Darat? Jadi Ini Alasannya!

Makanan di Pesawat Terasa Lebih Asin Ketika Dimakan di Darat? Jadi Ini Alasannya!

Sajian Menu dari Dapur Pesawat-Istimewa-Pinterest

BANDAR LAMPUNG, RADARLAMPUNGTV.COM - Pernahkah kamu mendengar kalau makanan yang dipesan di Pesawat akan terasa sangat asin dan bebumbu kuat ketika kita makan di darat? Bahkan pramugrari Pesawat secara otomatis akan membatalkan pesanan kita yang belum selesai dibuat jika Pesawat sudah mendekati landing.

Saat melakukan perjalanan udara, banyak penumpang yang merasakan bahwa makanan yang disajikan di pesawat terasa lebih asin dan berbumbu kuat dibandingkan makan di darat. Fenomena ini sebenarnya merupakan hasil dari penyesuaian khusus berdasarkan kondisi unik di dalam kabin pesawat agar rasa makanan tetap nikmat dan memuaskan meski berada di ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi persepsi rasa adalah tekanan udara yang rendah dan kelembapan yang sangat kering di dalam kabin pesawat. Pada ketinggian jelajah pesawat komersial, tekanan udara di ruang penumpang berkurang dan kelembapan turun drastis hingga sekitar 10-20 persen, jauh lebih rendah dari kondisi normal di darat. Kondisi ini menyebabkan reseptor pengecap di lidah dan reseptor penciuman di hidung manusia menjadi kurang sensitif. Penelitian menunjukkan sensitivitas terhadap rasa asin dan manis dapat menurun hingga 30 persen dalam kondisi kabin pesawat. Akibatnya, makanan yang dibuat dengan kadar bumbu normal di darat menjadi terasa hambar selama penerbangan.

BACA JUGA:Susah Tidur, Berikut Kegiatan yang Bisa Kamu Lelap!

Selain faktor fisik di kabin, kebisingan mesin pesawat yang cukup tinggi, mencapai sekitar 85 desibel, juga ikut mengubah cara otak memproses rasa makanan. Suara bising ini cenderung mengurangi kemampuan penumpang merasakan rasa asin dan manis secara optimal, sehingga makanan pun perlu dibumbui lebih kuat agar rasa asinnya tetap terasa menonjol.

Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, maskapai penerbangan memangkas hambar makanan dengan meningkatkan jumlah garam, gula, dan berbagai bumbu dalam resep hidangan pesawat. Penambahan bumbu ini biasanya sekitar 20 hingga 30 persen lebih banyak dibanding makanan di darat agar strategi ini efektif mengimbangi penurunan sensitivitas indera rasa. Dengan begitu, makanan tetap terasa lezat dan mengundang selera di lingkungan kabin yang kering dan bertekanan rendah.

Namun demikian, makanan pesawat juga harus memenuhi standar ketat dalam hal keamanan dan nutrisi. Maskapai tidak sembarangan menambah bumbu, tapi mengatur takaran agar tetap sehat untuk dikonsumsi selama penerbangan tanpa menimbulkan efek samping bagi penumpang.

Proses produksi makanan pesawat juga terbilang kompleks dan teliti. Mulai dari seleksi bahan baku yang berkualitas, proses memasak dan pendinginan yang higienis, hingga penyajian dalam kondisi hangat di udara terjaga agar rasa makanan optimal. Semua langkah ini dilakukan agar makanan tidak hanya aman dan bergizi tetapi juga tetap nikmat walau berkali-kali dipanaskan dan disimpan sebelum disajikan.

BACA JUGA:Ketika Cemas Menjadi Beban: Memahami Anxiety di Kalangan Anak Muda

Memahami alasan-alasan tersebut membantu penumpang menyadari bahwa rasa asin dan bumbu kuat dalam makanan pesawat bukan semata soal kualitas makanan tapi juga hasil adaptasi ilmiah dan kuliner untuk mengatasi kondisi ekstrem di kabin pesawat. Dengan demikian, pengalaman menikmati hidangan selama terbang tetap menyenangkan meskipun lingkungan sekitarnya menantang indera rasa dan penciuman. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: bbc news