BANNER HEADER DISWAY HD

Alesha, Kisah Pilu Malaikat Kecil dari Lampung Selatan dan Misteri Rekening Dokter

Alesha, Kisah Pilu Malaikat Kecil dari Lampung Selatan dan Misteri Rekening Dokter

Ilustrasi -Foto : Ist-

RADARTVNEWS.COM - Di sebuah rumah sederhana di Lampung Selatan, sepasang suami istri muda duduk dalam keheningan yang menyesakkan. Di hadapan mereka, hanya tersisa sebuah foto mungil berbingkai putih dengan pita merah muda. Nama itu, Alesha Erina Putri, masih terukir jelas dalam ingatan mereka, bayi perempuan pertama mereka yang kini hanya tinggal kenangan.

Alesha menghembuskan napas terakhir pada 19 Agustus 2025, di usia dua bulan. Setelah berbulan-bulan berjuang dan menjalani operasi di RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung, ia harus pergi meninggalkan orang tuanya, Sandi Saputra (27) dan Nida Usofie (23), dalam duka yang mendalam.

“Kami sangat berduka dan kehilangan. Alesha adalah anak pertama kami. Kami sudah menunggu lama untuk kehadirannya,” ucap Sandi lirih, matanya berkaca-kaca.

Perjuangan Melawan Penyakit Langka

Perjalanan panjang Alesha dimulai pada 9 Juli. Kondisi medisnya yang tidak biasa membawa mereka ke rumah sakit. Hasil rontgen pada 19 Juli menunjukkan bahwa Alesha menderita Hispro, sebuah penyakit langka yang membutuhkan tindakan operasi segera.

BACA JUGA:Anak Muda Rentan GERD, Pola Hidup Tak Sehat Jadi Pemicu Utama

Namun, harapan yang dibawa keluarga perlahan berubah menjadi kekhawatiran dan kekecewaan. Menurut Sandi, dokter bedah anak berinisial BR meminta uang Rp8 juta secara pribadi untuk membeli alat medis yang diklaim penting untuk operasi. Dana itu dikirim ke rekening pribadi sang dokter.

“Waktu itu kami bingung. Dokternya bilang harus ada alat, tapi tidak dijelaskan alat apa. Karena ingin anak kami selamat, kami turuti permintaannya,” ungkap Sandi.


Sandi Saputra (27) dan Nida Usofie (23) usai pemakaman anak tercinta Alesha -Foto : Ist-

Sayangnya, operasi itu tidak membawa hasil yang diharapkan. Alesha mengalami komplikasi, dan di tengah kondisi kritisnya, keluarga merasa berjuang sendirian. Komunikasi dengan pihak rumah sakit yang semula lancar—terutama saat membicarakan uang—mendadak terasa jauh ketika mereka membutuhkan jawaban dan tindakan cepat.

“Saat anak kami kritis, pesan saya dibaca, tapi baru dibalas keesokan harinya. Bahkan setelah anak kami meninggal, kami masih belum diberi penjelasan yang layak,” tutur Sandi.

Layanan yang Mengecewakan dan Tuntutan Keadilan

Duka keluarga Alesha tak berhenti pada kehilangan semata. Meskipun terdaftar sebagai peserta BPJS kelas II, anak mereka ditempatkan di ruang kelas III. Keluarga juga merasa perawat tidak cukup tanggap saat kondisi Alesha memburuk.

BACA JUGA:Waspada! Bahaya Minuman Kemasan, untuk Anak Jika Dikonsumsi Berlebihan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: