Tumbler Tuku Mendadak Viral, Minat Pembeli Melonjak Usai Kasus di KRL

RADARTVNEWS.COM - Tumbler keluaran Kopi Tuku tiba-tiba menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pemicunya adalah sebuah kejadian di dalam KRL yang menyebar luas dan membuat banyak orang penasaran dengan produk tersebut. Insiden yang awalnya hanya soal barang yang hilang, justru memunculkan gelombang ketertarikan baru terhadap tumbler ini.

Cerita tentang tumbler Tuku yang hilang saat perjalanan KRL sempat memicu diskusi panjang di berbagai platform. Perdebatan seputar prosedur, kelalaian, hingga respons petugas membuat unggahan tersebut cepat menyebar dan menyita perhatian publik. Dalam prosesnya, tumbler yang dimaksud ikut “terangkat” namanya dan menjadi sorotan.

Setelah insiden itu viral, banyak orang mendadak ingin tahu seperti apa tumbler Tuku yang ramai diperbincangkan. Produk yang biasanya hanya dibeli oleh pelanggan setia kini mulai diburu oleh mereka yang mengikuti trending topic di media sosial. Beberapa gerai bahkan melaporkan stok yang lebih cepat habis dibanding hari-hari sebelumnya.

BACA JUGA:Berita: Penumpang KRL yang Viral karena Tumbler Hilang Disebut Dipecat dari Kantor

BACA JUGA:Viral Tumbler Penumpang Hilang di KRL, KAI Tegas Bantah Isu Pemecatan Petugas

Tumbler berukuran kecil hingga sedang menjadi yang paling dicari. Selain bentuknya yang ringkas, produk ini dianggap memiliki nilai lebih karena berkaitan dengan perbincangan besar yang sedang ramai dibahas.

Fenomena ini menunjukkan bahwa barang yang sebenarnya sederhana bisa berubah menjadi item populer ketika menjadi bagian dari kejadian yang menarik perhatian publik. Banyak pembeli mengaku ingin memiliki tumbler tersebut karena merasa “ikut nyambung” dengan cerita yang viral, sementara sebagian lainnya menjadikannya koleksi baru dari brand kopi lokal yang mereka sukai.

Peristiwa yang terjadi di KRL tidak hanya memunculkan diskusi soal layanan dan aturan, tetapi juga menciptakan efek samping yang cukup unik, meningkatnya permintaan terhadap merchandise Kopi Tuku. Kasus ini menjadi contoh bagaimana sebuah kejadian bisa ikut memengaruhi tren belanja, terutama ketika sentimen publik sedang tinggi.